Ditempat ini, aku tak hanya dikenal sebagai salah satu staf perusahaan, tapi juga orang mengenal aku sebagai ‘dokter’, walaupun aku tak pernah merasakan bangku kuliah di kedokteran, tapi karena kemampuanku untuk mengobati berbagai penyakit baik penyakit medis maupun non medis, mereka sering datang ke kantorku untuk berkonsultasi.
Pada suatu hari telpon di kantorku berdering. Saat kucapkan, ‘Hallo’ terdengar suara merdu dari seberang sana.
Selamat siang, bisa bicara dengan Pak Beni?
Ya, saya sendiri, dengan siapa saya bicara?
Pak, ini Vina dari toko xxx ,Aku hanya mengiyakan, aku tau itu adalah sebuah toko handphone di mall ini.
Aku mengira dia pasti akan membicarakan masalah operasional, atau komplain tentang pengelolaan gedung ini. Ternyata dugaanku meleset.
Ada yang bisa saya bantu Bu Vina?Aku biasa memanggil semua orang dengan sebutan Bu, baik masih muda ataupun sudah berumur, sekedar untuk formalitas.
Saya dengar-dengar cerita tentang Bapak, saya ingin bertemu dengan Bapak, kapan Bapak ada waktu?
Saya selalu ada waktu Bu, silakan datang kapan saja Anda suka.
15 menit kemudian, gadis muda berusia 21 taun ini telah ada didepanku dan menceritakan segala keluhannya. Dia merasa tidak PD dan minder dengan penampilannya, padahal menurutku dia sudah dalam segala hal, dari wajahnya yang cantik, ukuran tubuhnya sangat proporsional, kulitnya yang kuning langsat tanpa noda, hanya saja dadanya kecil, tapi paling tidak nilai totalnya 9 (menurutku).
Apa yang membuat Ibu berpikir demikian? Saya rasa Ibu sudah memiliki segalanya. Saya yang gemuk gini aja PD kok. Dia tersipu sambil berbisik,
Maaf Pak, tolong jangan panggil saya Ibu, saya masih single, panggil saya Vina. Aku mengangguk.
Dan jangan panggil aku Pak, panggil aja Beni. Dia mengangguk.
Dan.., kamu bisa menyimpan rahasia ngga Beni? Aku memastikan hal itu kepadanya. Kemudian dia menceritakan, bahwa dia minder dengan dadanya yang berukuran hanya 34A.
Aku cukup kaget, karena sebelumnya aku tidak pernah menjumpai "pasien" yang mempunyai keluhan seperti ini.
Vina, jujur saja aku baru pertama kali menghadapi keluhan seperti ini. Kamu pasti tau kan, kalau selama ini aku hanya menangani pasien pasien dengan keluhan yang ‘lumrah’, Aku ngga tau bisa berhasil atau tidak. Lagipula aku punya istri, gimana aku harus menjelaskan ke istriku? Vina mengangguk dan tersenyum,
Aku tidak akan menceritakannya kepada siapapun, aku juga malu kalau sampai orang tau. Dan aku harap kamu mau mencobanya dulu, kita ngga tau hasilnya kalau belum mencoba dulu kan?Akuberpikir keras sebelum aku menyanggupinya.
Vina tersenyum dan memberikan kartunamanya kepadaku.
Aku tunggu kamu di rumahku malam ini jam delapan.
Jam delapan lewat lima menit aku sudah berada di rumah Vina.Rumahnya tidak begitu besar tapi terasa nyaman dan sejuk.
Kamu tinggal sendiri di sini? tanyaku.
Ngga, sama temen-temen, tapi pada punya acara sendiri-sendiri ama pacarnya. Makanya aku nyuruh kamu datangnya hari ini, biar dirumah ngga ada orang. Yuk cepetan, nanti keburu temen-temen pulang. Aku mengangguk dan mengikuti Vina yang melangkah ke kamarnya.
Kamarnya didominasi warna pink muda, dingin hembusan angin dari AC terasa di kulitku, membuatku merinding. Dengan malu-malu Vina membuka kaos dan branya, dan aku menyuruhnya tidur terlentang. Sejenak aku agak grogi karena baru pertama kali melihat tubuh wanita selain istiku setengah telanjang, tapi bagaimanapun aku harus melaksanakan kewajibanku. Aku mulai terapi dengan memijit titik-titik darah yang berada di pundak dan dada atasnya. Setelah kurasa darahnya telah mengalir lancar, aku mulai memijit toketnya dengan pijitan yang lembut.
Toketnya kecil tetapi terasa kencang. Vina memejamkan matanya dan sesekali mengeluarkan lenguhan dan erangan saat tanganku menyentuh putingnya yang berwarna coklat muda itu. Tak kusadari, adikku mulai berdiri. Bagaimanapun juga, aku sebagai manusia normal tetap bisa terangsang, apalagi berada dalam satu ruangan dengan wanita muda yang cantik setengah telanjang dan aku sedang memijit toketnya.
Beni.., jangan disitu terus dong mijitnya, geli.. Aku terkejut, tanpa kusadari pijitanku lebih sering berada di daerah sekitar putingnya.
Ha? ehm.. iya.. maaf. Vina mungkin melihat wajahku yang memerah, dia tertawa dan berkata,
hi..hi..hi.., kenapa? Kamu terangsang ya..? Ngga pa pa deh, aku juga suka kok.. Cuma agak geli aja..kata-katanya membuatku semakin gugup.
Eh.. kayaknya hari ini cukup dulu deh Vi, mungkin besok bisa diterusin..jawabku. Vina semakin ngakak,
Beni....kamu kok lugu banget sih? Nggak pa pa.. terusin aja.. Kenapa? takut ketauan istri kamu ya?
Vina merengkuhku dalam pelukannya dan mencium bibirku dengan lembut. Aku terhenyak, tapi dia kembali menarikku dan memagut bibirku dengan penuh nafsu. Dalam kebingunganku dia berbisik,
Beni...sudah lama aku menantikan hal ini.., begitu lama aku memendamnya.., aku sayang kamu Beni...Bercintalah denganku Beni...Aku cuma bisa duduk diam kayak orang bego.
Aku pikir kamu salah orang Vi.. Kalau kamu pikir aku bisa membuat kamu bahagia, kamu bener-bener salah.. Aku gemuk, eemm.. barangku kecil.. terus.. ekonomiku pas-pasan, dan yang terutama, aku sudah punya istri dan anak.. Kamu becanda.. Kamu pasti becanda kan? tanyaku tak percaya. Vina tersenyum manis dan berkata,
Ben, biar kujelaskan dulu.., dari dulu aku memang suka dengan pria yang bertubuh gemuk. Aku ngga peduli barangmu kecil atau apa.. kamu lihat juga dong, susuku kan kecil juga. Aku rela jadi istrimu yang kedua, dan lagian aku kan kerja juga, jadi kamu ngga usah bingung masalah perekonomian..Jelasnya panjang lebar.
Vina menatap mataku dalam-dalam, seakan ingin menunjukkan ketulusan hatinya. Kupeluk dia erat-erat, Vina menciumi seluruh wajahku, dan kubalas ciumannya dengan tak kalah bernafsu.
Vina membuka satu persatu kancing kemejaku lalu tangannya membelai dada dan perutku dengan lembut. Kurasakan bulu ?bulu halus di sekujur tubuhku berdiri. Sentuhan tangannya begitu lembut. Vina tidak berhenti, dia memelorotkan celana panjang dan celana dalamku, lalu dengan sigap dia memegang adikku yang sudah berdiri tegak.
Barangku memang tidak panjang, bahkan bisa dikatakan ukuran mini.
Vina mulai mengelus-elus adikku dan mengocoknya dengan lembut. Jari-jarinya yang lentik terasa dingin saat menyentuh batang kemaluanku. Aku tak mau kalah, kulepaskan celana pendek yang dia kenakan, dan terlihat dia memakai CD semi transparant sehingga terbayang rerimbunan bulu-bulu yang tidak begitu lebat.
Kuelus bukit kemaluannya dari luar CD yang ia kenakan, Vina melenguh,
ooogghhhhh.. Beni.., aku milikmu..Aku hisap puting susunya yang telah mengeras, lalu aku mainkan dengan lidahku, kupuntir-puntir dengan bibirku sementara tangan kiriku meremas-remas toketnya yang satu lagi, dan tangan kananku menyelusup masuk di balik CDnya dan membelai bukit kemaluannya. Perlahan kubuka belahan memeknya, terasa sekali memeknya telah basah oleh cairan yang keluar terus menerus dari memeknya.
Kumainkan kelentitnya dengan jari tengahku, Vina mengerang dengan sangat keras, merasakan kenikmatan yang dia terima saat ini.
ooogghhh..ooohhh.. aaahhhh teruuss Bennn, teruuss.. ooohhhhh.. Aku terus memainkan kelentitnya sambil terus menyusu padanya, sementara tangannya masih terus mengocok-ngocok kemaluanku dengan lembut, dan sesekali pegangannya agak mengencang, apabila dia merasakan kenikmatan.
Aku tak sabar lagi, jari tengahku aku masukkan sedikit demi sedikit ke dalam lubang memeknya, spontan dia berteriak dan menarik tubuhnya,
jangan..!!!
Aku memandangnya dengan perasaan heran, kemudian dia berbisik di telingaku,
“I’m still virgin.., aku ngga mau perawanku hilang oleh jari, aku ingin dengan ini,"katanya sambil mengelus kemaluanku". Lagi-lagi aku terkejut. Aku tidak menyangka masih ada gadis sekarang yang bisa menjaga keperawanannya sampai usia yang cukup matang. Dan lagi-lagi kebimbangan hadir dalam pikiranku, masa aku harus memerawaninya?
Vi, kamu masih perawan?tanyaku tak percaya. Dia mengangguk.
Aku ingin memberikan mahkotaku ini kepada orang yang ku cintai. Aku sudah bilang, aku rela menjadi istri kedua. Toh nanti pada akhirnya aku akan memberikannya padamu juga, jadi untuk apa kita tunggu lama-lama?Vina mengatakan hal ini dengan mantap.
Sejenak kemudian dia merebahkan dirinya diatas kasur sambil mengangkangkan kakinya lebar-lebar.
Aku siap untuk menerimamu sayang..Setelah ia mengatakan ini, aku langsung berlutut di depannya dan kupeluk dia erat-erat.
Dia menciumi wajahku dan aku memulai mneggesek-gesekkan batang kemaluanku di lipatan memeknya. Terasa sekali banyaknya cairan yang keluar dari liang kewanitaannya.
Perlahan-lahan kutusukkan k0ntolku ke memeknya, Vina memejamkan mata sambil menggigit bibir bawahnya. Sedikit-sedikit kudorong k0ntolku, dan kurasakan ada yang sedikit mengganjal, lalu kudorong sekuat tenaga, bleess..
Eeeggghhhh..ooouugghhh.. Vina menjerit tertahan, dan terasa ada cairan hangat yang membasahi k0ntolku, mengalir keluar ke pangkal pahaku.
Lalu aku perlahan mulai menggoyangkan pantatku maju mundur dan terasa jepitan memek Vina di k0ntolku. Vina mulai merasakan nikmat, terlihat dari nafasnya yang memburu dan desahan-desahannya yang membuat suasana bertambah merangsang.
mmpphh..mmpphh..oooghhh..ooghhhh.. Benyy.. teruuss.. aauughhhh..
Aduh.. Pelan dikit Beny..
Vina.. oooghhhh.. nikmat banget sayang.. oouuh.. goyangin pantatnya Vi..
Ooouuhh.. aku ngga tahan Benn.. enak banget.. terus.. aahh.. uuhh.. akkk.. akhh..akuuu ngga tahan lagi.. aahh..Benyy..”
Jangan ditahan Vi.., keluarin aja..
Benyyy.. Auuhh.. aku sayang kamu Benyy..
serrr..serrr..serrrrr.. terasa hangat di k0ntolku saat Vina mengalami orgasme.
Crekk..crekk..crekk..clokk.. crekkk..
Vina terkulai lemas merasakan kenikmatan yang baru saja dia dapatkan, aku pun merasa akan mencapai klimaks,
Vi, aku.. mau.. keluaarr..
“iyaa.. Keluarin aja.. di daleem.. beberapa detik kemudian, aku memuncratkan seluruh energiku di dalam memeknya
croott..croott.. croott.. croott.. Beberapa kali pejuhku menyemprot di dalam memek Vina.
Aku merebahkan diri di samping Vina, dan sepintas kulihat pejuhku bercampur darah perawan Vina mengalir keluar dari memek Vina. Kulihat wajah Vina begitu damai dengan nafas yang masih agak memburu. Beberapa saat kemudian Vina membuka matanya dan tersenyum kepadaku, sambil memelukku ia berkata,
Benyy, jangan tinggalkan aku yah.. Aku sayang banget sama kamu..”Aku hanya mengangguk pelan, walau di hatiku masih terdapat kebimbangan.
Sampai aku menulis cerita ini hubunganku dengan Vina masih tetap berjalan tanpa ada orang yang mengetauinya.
Istriku sempat curiga denganku, tetapi setelah kujelaskan bahwa Vina adalah rekan kerja, dia percaya dan tidak pernah lagi menanyakan hal ini lagi.
Ceritaaa Hot Selanjutnya....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar