Saat hari pertama kedatangannya, dia memperkenalkan diri, dia tampak tidak banyak bicara. Tapi dibalik diamnya itu, matanya terlihat nakal, dia sering melirik dan memperhatikan kearah celanaku terutama pada bagian kemaluan. “Nakal juga nih pembantu” kataku dalam hati. Setelah berbicara panjang memperkenalkan diri, ternyata Tini ini baru menikah dua bulan yang lalu. Karena desakan kebutuhan ekonomi terpaksa TIni ditinggalkan suaminya bekerja menjadi TKI di Negara Arab.
Baru sehari kerja ternyata kinerja Tini cukup rajin dan dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat. Pada suatu hari aku mendapat shift kerja siang dari kantor, bekerja mulai dari jam 14:00 sampai dengan jam 22:00. Jadi ketika aku pulang kerja waktu telah larut malam, dan biasanya jam segitu isteriku sudah tidur dan kalau sudah tidur susah sekali dibangunkan mungkin karena tidurnya lelap sekali. Dan bila aku terbangun pada pagi harinya, isteri sudah berangkat kerja, sehingga kamipun jarang bertemu, biasanya kami hanya berhubungan melalui telephone saja atau menuliskan pesan dan menempelkannya di kulkas.
Pada suatu malam sepulang kerja, seperti biasa Tini membukakan pintu dan langsung menyiapkan air panas untukku mandi. Pada saat aku sedang asyik-asiknya mandi dan menggosok-gosok tubuhku, aku mendengar suatu bunyi halus dari balik pintu kamar mandi, karena penasaran, aku pun diam-diam merunduk dan mencoba melihat dari celah yang ada di bawah pintu tersebut. Aku kaget sekali melihat adanya sepasang kaki yang dalam posisi sedang menjinjit menempel dipintu kamar mandi. Ternyata Tini pembantu kami sedang mengintip aku mandi.
Aku tetap pura-pura tidak tahu dan seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Aku pun meneruskan mandi dan mulai memasang aksi. Aku menggosok-gosokan sabun dan meremas-remas batang kontolku tak lama kemudian mulai batang kontolku pun tegak berdiri. Aku terus mengkocok-kocok batang kontolku sambil berkonsentrasi mendengar suara dari balik pintu itu. Suara itu terdengar mendesah dengan nafas yang sedikit mulai tak teratur. Aku lantas mengakhiri aksiku. Selesailah mandi aku langsung saja keluar dengan balutan handuk yang dililitkan ke badan bagian bawahku. Pada saat aku keluar dari kamar mandi, posisi batang kontolku masih dalam posisi menegang keras, jadi terlihat menonjol dari balik handuk. Aku tetap bersikap seakan aku tak tahu apa-apa dan berjalan kearah belakang untuk menaruh pakain kotor. Tini pun terkejut ketika aku keluar dari kamar mandi,
“Eehmmm…Bap…Bap…Bapak mau Tini ambilkan makan malam Pak?” sapa Tini terbata-bata dengan muka yang kebingungan.
“Gak Tin makasih, tadi aku sudah makan…tolong bikinkan kopi aja ya Tin” jawabku sambil memperhatikan wajah Tini. Terlihat wajahnya pucat dengan tangan gemetaran.
“Muka kamu kog pucat? Tangan kamu juga gemetaran, kamu sakit ya Tin?” tanyaku pura-pura tak tahu apa-apa.
“Enggak kog Pak…sa..sa..saya baik-baik saja? jawabnya gugup.
“Oya udah kalau gitu, aku kira kamu sakit…Oya Tin kamu bisa mijit gak, kebetulan saya agak sedikit pusing nih Tin, kalau kamu bisa mijit tolong donk pijitkan kepala saya” kataku memancingnya.
“Iya Pak bi..bi..bisa Pak…” jawab Tini tergagap sembari matanya terus melirik kearah batang kontolku yang terlihat menyembul dari balik handuk.
Kemudian aku masuk ke kamar untuk mengganti handuk dengan sarung dan dengan sengaja tanpa memakai celana dalam dan tidak lupa memeriksa isteriku apakah tidurnya sudah pulas atau belum. Setelah kuperhatikan ternyata isteriku sudah tertidur dengan pulas sekali. Aku pun lantas duduk di sofa di depan TV sambil menunggu Tini membawa kopi pesananku tadi, yang kemudian ditaruhnya di meja yang ada di depanku. Tini lalu berjalan kearah TV untuk menyalakan, saat TV menyala aku bisa melihat bayangan tubuh Tini dari balik dasternya. “Boleh juga nih body nya” gumamku, mulai berdenyut batang kontolku yang sudah menegang dari tadi setelah melihat Body Tini..
“Tin, tolong kecilkan sedikit suara TVnya ya” perintahku.
“Iya Pak” jawabnya.
Saat dia mengecilkan suara televisi itu, posisi Tini sedikit membungkuk untuk menjangkau tombol TV tersebut, tubuhnya terbayang dengan jelas sekali, ternyata dia tidak memakai BH dan terlihatlah putingnya yang menonjol dari balik daster yang tipis itu.
“Kecillin sedikit lagi Tin” perintahku lagi dengan alasan mencari alasan untuk dapat melihat putingnya lagi.
“Iya Pak, sekarang udah kecil belum Pak?” tanyanya.
“Sudah Tin makasih” kataku sembari denyutan pada batang kontolku semakin kencang dan menjadi-jadi.
“Sekarang sini Tin mulai pijat saja kepalaku” kataku lagi sambil bersandar pada sofa.
Dengan agak ragu, Tini mulai memegang kepalaku dan mulai memijat-mijat dengan lembut kepalaku.
“Enak sekali pijatnmu Tin” ucapku memecahkan keheningan.
“Biasa aja Pak” jawabnya singkat.
“Acara TVnya kog gak ada yang bagus ya Tin?” kataku mulai sok akrab.
“Iya Pak, acaranya jelek-jelek” jawabnya.
“Kalau gitu kita nonton film dari DVD ya” kataku sambil berdiri dan berjalan menuju kearah lemari samping TV untuk mengambil sebuah kaset DVD dan langsung saja memasangnya, film itu dibintangi oleh Kay Parker, sebuah film jenis hardcore yang sungguh hot.
Lalu aku kembali duduk di sofa, Tini pun kembali memijat kepalaku sambil menanti adegan film tersebut. Saat adegan pertama dimana Kay Parker mulai melakukan french kiss dan meraba toket lawan mainnya, tangan Tini tiba-tiba mengejang di kepalaku, terdengar dia menarik nafas panjang dan pijatan tangannya bertambah keras. Aku lalu mengangkat kepala dan melihat ke atas kearah Tini, kulihat matanya terpaku pada adegan di layar, dia benar-benar berkonsentrasi melihat adegan demi adegan yang diperankan oleh Kay Parker tersebut. Sekitar seperempat jam kemudian, terasa pijatan di kepalaku berkurang, karena dia hanya menggunakan satu tangannya saja untuk memijat sedangkan setelah kutengok ke belakang ternyata tangannya yang satu lagi terjepit diantara selangkangannya dengan gerakan menggosok-gosok. Desahan nafasnya menjadi keras buru memburu. Tini terlihat bagai orang sedang mengalami trance dan tidak sadar akan perbuatannya.
Melihat Tini yang sedang asik melakukan aksinya, aku pun lantas ikutan mulai beraksi. Aku langsung saja berdiri dan menuju ke belakang tubuh Tini sembari kujatuhkan sarung ke lantai. Dalam keadaan telanjang kutempelkan batang kontolku kearah belahan pantatnya, sedangkan mulutku mulai menciumi dan menjilati leher Tini. Kedua tanganku bergerak kearah toketnya yang menantang kuremas-remas sambil sesekali memuntir-muntir putingnya yang cukup panjang. Tini tetap seperti orang yang tidak sadar, matanya hanya terpaku ke layar kaca melihat bagaimana Kay Parker menjepit pinggang lawan mainnya sambil mengayunkan pinggulnya ke kanan ke kiri.
Tanpa menunggu lama aku lalu membuka dasternya sampai terlepas. Reaksi Tini cuma diam saja juga saat aku mulai memelorotkan CDnya lalu kurebahkan badannya di sofa, kubuka kedua pahanya sehingga aku bisa langsung mengarahkan batang kontolku ke lubang memeknya. Saat kepala kontolku mulai masuk ke lubang memeknya yang sudah basah, Tini agak sedikit tersentak, tapi aku terus menyodokkan batang kontolku agar masuk lebih dalam ke lubang memeknya.
“Ssssthhh…aaaahhh…enak Paaaakkk….” desah lembut Tini
Kusodokan mau mundur batang kontolku ke lubang memek Tini. Terasa nikmat sekali memeknya, kontolku rasanya seperti dijepit dan diremas-remas. Memek Tini terasa masih sempit sekali. Kutarik dan kembali kutekan dengan kuat gerakan kontolku secara berulang-ulang sehingga biji peler terdengar beradu dengan memek Tini “Plak…Plak…Plak…” dengan tangan kiri yang tetap berada di toketnya sedangkan jari tangan kananku berada di dalam mulut Tini.
Tini pun menghisap-hisap jariku bagaikan anak bayi yang telah kelaparan mendapatkan susu ibunya, matanya terpejam bagai orang sedang bermimpi. Aku benar-benar menikmati tubuh dan memeknya. Mantap sekali… ternyata luar biasa enaknya memek TIni. Aku terus saja menggenjot memeknya, sampai suatu saat badan Tini mengejang, kurasakan memeknya meremas dan menghisap-hisap kontolku dengan keras seakan berusaha untuk menelan batang kontolku seluruhnya.
“Aaaahhhhhhh….yessssss…” desah Tini panjang.
Tak lama kemudian aku pun merasakan batang kontolku seperti mau menyemburkan cairan hangat. Kuhentakkan batang kontolku sekuat-kuatnya ke dalam memek Tini. “Crooott…crooott…crooott…” Keluarlah spermaku ke dalam lubang memek Tini yang begitu panas dan menghisap.
“Oooooohhhh…..aaahhhh….” desah nikmat kami berdua.
Kami berduapun langsung lunglai. Kurebahkan badanku di atas badan Tini dengan posisi batang kemaluanku masih ada di dalam jepitan memek Tini. Setelah nafas kami teratur kembali, aku buru-buru bangkit dan memungut sarungku kembali. Lalu kumatikan TV. Kami berdua berjalan kearah belakang, Tini langsung berbelok ke kamarnya. Tapi sebelum dia masuk ke kamarnya dia berkata kepadaku,
“Terima kasih ya Pak…” sambil tersenyum nakal tanganya meremas kemaluanku.
Aku pun langsung mandi lagi untuk membersihkan keringat yang mengalir begitu banyak, agar tidak ketahuan istriku. setelah itu aku masuk ke kamar dan berbaring sambil memeluk istriku lalu tertidur lelap dengan puas.
Pagi harinya aku tersentak bangun karena merasakan sepasang tangan yang mengelus-elus batang kontolku, secara refleks aku melihat jam dinding, jam sudah menunjukan pukul sembilan pagi. Dan lalu aku melihat kearah kontolku ternyata Tini yang lagi bermain dengan kontolku yang sudah mengeras dan tegang.
“Kupikir istriku kamu Tin…eh taunya kamu udah mau ngajak kuda-kudaan lagi…ya udah ayo naik kesini” kataku menggodanya sambil bangun dan duduk aku menarik badannya dan membuka dasternya.
Ketika aku membuka dasternya ternyata diapun sudah tidak memakai apa-apa dibalik dasternya. Langsung saja aku membaringkan badannya dan mulai menciumi wangi memeknya. Aku mulai menjilat-jilat memeknya dan sesekali mengulum serta mempermainkan klentitnya dengan lidahku, Tutik pun menggelinjang dan mendesah.
“Ssssttthhh…aaahhhh….enak banget pak…”
Tak lama kemudian mengalirlah cairan hangat bening kental dari lubang memeknya, langsung saja cairan kental itu kujilat. Setelah itu aku mengganti posisi tubuhku, aku sekarang dalam posisi rebahan sedangkan Tini kutarik tubuhnya untuk jongkok di atas badanku, Tini mulai menurunkan badannya dengan lubang memeknya yang sempit itu tepat kearah batang kontolku yang sudah sangat tegang sekali. “Sleeeeppp….” masuklah batang kontolku ke dalam lubang memeknya dan terbenam sampai keujung bijiku,
“Hhhhmmmm enak sekali memek kamu Tiiiin….” gumamku.
Tini pun sudah tidak bisa menjawab lagi, dia menaik turunkankan pantatnya dengan lincah dan memutar-mutar pinggulnya dengan cepat sekali berkali-kali, sambil terpejam dia mendesah panjang terus menerus karena keenakkan. Batang kontolku terasa mau putus karena dijepit oleh memek Tini. Memang benar-benar nikmat sekali permainan di pagi ini. Sesekali aku duduk untuk memeluknya sambil meremas-remas toketnya yang keras.
“Aaaaahhhh…enak paaaakkkk….” desahnya.
Lalu Tini menghentikan gerakannya sebentar dan memutar badannya sehingga pantatnya menghadap ke wajahku, sambil terus menaik-turunkan pantatnya, memeknya tetap menjepit batang kontolku yang keras dan berdenyut-denyut. Akhirnya aku tidak tahan lagi, sambil memeluk pinggangnya saya berusaha menekan batang batang kontolku sedalam-dalamnya di lubang memek Tini,
“Croooottt….crooottt…crooottt…”
Badan kamipun mengejang dan bersamaan ketika sama-sama meraih orgasme, keluarlah cairan kental kenikmatan kami berdua.
Pagi hari itu aku dan Tini ngentot sampai jam 13:00 siang, berkali-kali dan berbagai-bagai gaya kami lakukan dengan tidak bosan-bosannya. Sejak pagi itu, aku selalu dibangunkan dengan isapan lembut di kepala kontolku dari mulut mungil Tini, kecuali bila hari libur, dimana istriku berada di rumah.
Inilah cerita perselingkuhanku dengan Tini pembantu nakalku yang menggoda dan sexy itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar