• Breaking News

    Sponsor

    Minggu, 17 Desember 2017

    Dipuaskan Oleh Teman Sekolahku

    Perkenalkan namaku lita,aku menikah di usiaku yang ke 22. Aku memiliki wajah yang memadai dan berkulit putih. Postur tubuhku juga tinggi. Aku sudah memiliki seorang anak yang berumur 4 tahun. Aku menikah di usia muda karena aku dilamar oleh pengusaha sukses dari Jawa.

    Perbedaan umur kami bisa terbilang cukup jauh.Suamiku perjaka tua yg dulu saat menikahiku sudah berumur 38 tahun. Suamiku bernama Bram. Kini dia berada di Kalimantan sedangkan aku tinggal di Jawa. Dulu aku sempat ikut suami tinggal di Kalimantan tapi tidak betah karena jauh dari kota. Untungnya suamiku menyadari akan hal itu.

    Setiap bulan mas Bram selalu menyempatkan diri pulang ke Jawa untuk melepas rindu dgn anak dan istrinya. Mas Bram merupakan sosok pria yg bertanggung jawab dan sangat perhatian dgn keluarga. Setiap gajian dia selalu mengirim uang untuk kebutuhanku dan anakku. setiap bulannya aku dapat jatah uang 20juta. Dgn uang itu aku bisa berbelanja apa saja yg aku inginkan.

    Perawatan tubuh dan wajah yg menjadi prioritasku agar penampilanku selalu terlihat cantik. Meskipun jarang dibelai suami aku harus tetap berpenampilan cantik dan seksi. Mas Bram bahagia sekali memilikiku, aku bisa memberikan kepuasan sex untuknya. Meskipun tenaga mas Bram tak sekuat dulu. Sebenarnya aku tidak pernah merasa puas saat burhubungan badan dgn suamiku, rasanya hambar. Tapi mau gimana lagi itu sudah menjadi kewajibanku aku harus melayaninya dgn baik. Apalagi cuma sebulan sekali pulangnya, bagiku kepuasan sex tak pernah kudapat.

    Hiburanku hanya berkumpul dgn teman"ku di mall atau jalan kemana aja. Setiap jalan dgn teman"ku rasanya aku iri mereka cerita tentang suami"nya, sedangkan suamiku berada jauh disana. Mereka juga sering mengejekku, tapi ya sudahlah itu hanya candaan mereka.

    Suatu ketika mas Bram tidak bisa pulang ke Jawa selama 3 bulan karena disana sedang menunggui tanaman sawitnya. Selama 3 bulan itu rasanya seperti 3 tahun dan selama 3 bulan itu aku hanya mendapatkan materi saja. Kebutuhan sex ku sama sekali tak terpenuhi. Batinku tertekan karena selalu jauh dari sex yg tak terlampiaskan.

    Untuk menghilangkan kesuntukanku aku sering pergi dgn temanku yg bernama Gilang. Dia adalah teman sekolahku dulu. Dia masih bujang belum menikah. Aku sering chatting dgn dia karena hanya dia yg selalu ada waktu kosong untukku. Kegiatan Gilang sehari-harinya cuma kuliah kalo ga yg nongkrong dgn teman2nya.

    Gilang menjadi teman curhatku, dia tau semua keluh kesahku. Kadang kalo aku bertemu dgn Gilang aku mengajak anakku supaya tidak menimbulkan fitnah. Aku juga sangat akrab dgn Gilang. Setiap kali bertemu aku selalu menceritakan tentang rumah tanggaku. Gilang pun selalu memberikanku nasehat agar aku selalu bersabar. Memang tidak baik jika berumah tangga tidak tinggal serumah. Tapi mau gimana lagi aku ga bisa jika aku harus tinggal di kalimantan.

    Suatu hari Gilang mengajakku pergi nonton, aku bergegas pergi untuk menghilankan penat. Kita nonton film romatis berasa masih jaman pacaran saja. Gilang memang tipical cowok yang romantis tapi hingga saat ini dia masih asyik jomblo. Setelah film usai aku dan Gilang pulang ke rumah.

    Paginya Gilang berencana mengajakku pergi ke puncak dgn anankku. aku oke aja asal dgn anakku. Sesampainya di rumah aku bersiap-siap packing untuk besok.

    Keesokan harinya aku sudah siap untuk pergi berlibur ke puncak. Aku sudah ijin dengan Mas Gilang, tetapi aku sengaja menutupi jika aku pergi dengan Gilang. Sebenarnya nggak ada apa-apa cuma aku takut mas Gilang berprasangka buruk terhadapku. Aku, putriku dan Bik Iyem berangkat menuju rumah Giang. Tampak Gilang sudah menunggu di depan rumah dengan membawa tas ransel dan berpenambilan bak anak muda kece, aku juga nggak mau kalah dong,

    “Ayo Gilang kita berangkat sekarang” ucapku.

    “Tunggu sebentar Lit kameraku tertinggal” jawab Gilang.

    Setelah semua sudah siap kami langsung menuju puncak, perjalan sekitar 3 jam dari rumah. Sepanjang perjalanan putriku diam tidak menangis tampaknya dia sangat happy. Dia dan Bik Iyem tertidur pulas karena jalan macet total, mungkin karena hari libur. Sesampainya di villa tepat jam 1 siang, Gilang memesan kamar 1,

    “Loh Lang, kog cuma pesan kamar satu aja sih?” tanyaku.

    “Kan satu Villa ada dua kamar di dalamnya Lit, daripada sewa banyak kamar kan sayang buang uang” jawab Gilang.

    “Oh gitu ya…yaudah deh” balasku.

    Setelah kunci diberikan kita berempat menuju kamar. Memang benar apa kata Gilang masuk ke kamar ada ruang tamu bed 2. Dan di dalam ada ruangan 1 lagi untuk Gilang tidur. Aku, putriku dan Bik Iyem tidur di dua bed depan. Ya okelah, kita siap berlibur 2 hari disini. Udara yang sangat dingin membuat putriku hanya berdiam diri di kamar ditemani Bik Iyem.

    Aku dan Gilang pergi untuk menikmati pemandangan dan ke kebun teh. Gilang bertingkah seperti suamiku jadi teringat mas Gilang. Jalan ke kebun teh sangat jauh keringat bercucuran membasahi pipiku. Tiba-tiba Gilang mengusap keringatku. Aku terdiam sambil memandangi Gilang. Aku terbawa suasana dan menikmati udara yang sangat dingin ini. Aku dan Gilang berdiri di warung pinggiran disitu jual minuman hangat serta jagung bakar yang khas. Aku berhenti di warung itu istirahat sejenak,

    “Kamu sudah ijin sama suami kamu kan Lit ?” tanya Gilang.

    “Sudah..dia mengijinkan kok..”

    “ya sudah berarti aman tidak akan timbul masalah, lama banget Mas Gilang nggak pulang ya Lit?

    “Iya 3 bulan dia ga pulang, kangen sih tapi mau gimana lagi. Pengen banget nyusul tapi aku kurang cocok disana, aku harus bersabar menunggu suamiku pulang dan aku harus menahan rasa” jawabku.

    “Rasa apaan tuh Lit? "anya Gilang.

    “Biasa suami istri juga butuh berhubungan layaknya pasangan” jawabku

    “Walaupun aku belum menikah aku tau kok Lit apa yang kamu maksud” ucap Gilang.

    Dengan sedikit malu aku menatap wajah Gilang. Aku curhat mengenai pribadiku, dia menyadarinya. Dia mengelus rambutku sambil memberikan pengertian. Rasanya nyaman banget berada di samping Gilang. Pas lagi curhat Gilang memelukku dengan tiba-tiba, aku sangat terkejut. Aku berfikiran mungkin hanya pelukan seorang sahabat saja.

    Waktu semakin sore, aku harus pulang ke villa. Sampai di kamar putriku sudah tertidur pulas. Aku membersihkan badan mandi agar terlihat fresh. Dengan mengenakan baju santai seperti rok pendek dan aku bersolek. Setelah mandi aku dan Gilang duduk di ruang TV sambil bercanda. Dia sampai menggelitik aku hingga aku tertawa keras.

    Aku sudah mengantuk, aku pergi ke tempat tidurku. Sementara Gilang masih menonton tv, tengah malam Gilang mendekati tempat tidurku. Tiba" dia tidur di sampingku menarik selimutku. Aku sungguh sangat terkejut. Padahal di sampingku ada Bik Iyem, aku takut jika mereka terbangun melihat aku tidur dengan Gilang,

    “Apa"an sih Lang kog kamu tidur disini”

    “Aku pengen menikmati malamku bersamamu Lit"ucapnya.

    “Jangan Lang aku sudah berkeluarga, aku nggak mungkin mengkhianati mas Bram”

    “Sudahlah jangan menolak, aku tahu kamu rindu belaian laki-laki kan?”

    Gilang langsung mencium keningku kemudian dia mnegecup bibirku. Padahal samping tempat tidurku ada putri dan pembantuku. Rasanya nggak tenang banget,

    “Kita pindah aja di kamarku yuk Lit?”

    Tanpa berfikir panjang Gilang menggendong aku menuju kamarnya. Entah apa yang akan dilakukan Gilang aku sangat terbawa suasana. Seperti biasa dia bercanda aku selalu digodanya. Layaknya suami istri yang sedang bergurau di ranjang. Dia kembali memeluk aku dengan erat, aku yang memakai lingeri tanpa bra membuat payudaraku menempel di dada Gilang.

    Gairah nafsuku muncul dengan tiba-tiba saat Gilang mengulum bibirku. Lingeriku terbuka terlihat pahaku yang mulus. Aku terbawa dan membalas kuluman itu. Ketika Gilang mulai membuka lingeriku aku hanya mengikuti saja. Payudaraku menggantung kencang Gilang pun jadi semakin bergairah. Aku direbahkan di kasurnya, tangan Gilang lalu meremas payudaraku, dia berusaha membangkitkan gairah sex ku. Lidahnya berputar-putar di putingku dan sesekali dia menghisap putingku. Tangan kanan memainkan jemarinya memilin putingku.

    “Aaahhh…Lang aku horny berat nih”

    “Tenang Lit, aku akan memuaskanmu malam ini”

    Enak banget permainan lidah Gilang di payudara dan putingku. Kemudian Gilang melepaskan payudaraku, dia melepas celananya. Tampak dari dalam CD penis Gilang yg sudah tegak berdiri,

    “Buka semua donk Lang”

    Gilang pun menuruti perintahku lalu terlihatlah penis Gilang dan berbulu lebat. Erwin lantas membuka celana dalamku, kedua kakiku dia buka lebar. Selakanganku dia jilat hingga tubuhku menggeliat karena nikmat. Tangannya kembali bermain di memekku yang rimbun akan bulu-bulunya,

    “Memekmu sangat menggemaskan Lit”

    Tangannya membuka lipatan-lipatan memekku. Dibuka lebar dan dia berusaha mencari lubang memekku itu. Dia membasahi memekku dengan mengecup ujung luar lubang itu. Terus dia kecup hingga memekku basah, mengeluarkan cairan lendir.Gilang bersemangat dan membiarkan cairan itu meleleh keluar,

    “Aaahhh Lang…jilat donk Lang memekku…” kata-kata itu keluar dari mulutku.

    Sangat lama dia memainkan memekku, hingga aku tak kuasa. Gilang kembali mencium bibirku, dadanya bergesekan dengan payudaraku sedangkan penis bergesekan dengan memekku. Nafsu birahi itu terus memuncak. Hingga saatnya Gilang mencoba memasukkan penisnya ke dalam lubang memekku,

    “Aaahhh masukan lebih dalam lagi Lang…aahhh…”

    “Sleeeeppp….” akhirnya seluruh batang penis Gilang masuk ke dalam memekku.

    Gilang mengocok kemaluannya di dalam, maju mundur gerakannya. Keringatku bercucuran membasahi tubuhku. Gilang tak kuasa melihat payudaraku yg ikut bergoyang seiring dgn sodokan penisnya ke dalam memekku. Sambil memainkan penisnya, mulut Gilang mengecup puting susuku yang berwarna kecoklatan,

    “Ooohhh..nikmat sekali Lang…aahhh…”

    Gilang terus menggoyangkan gerakan-gerakan yg menimbulkan kenikmatan yg sungguh luar biasa. Aku memeluknya erat dan tak kuasa aku mengeluarkan cairan lagi,

    “Ooohhh Lang aku keluaaaarrr….aaarrgghhh…” Aku sudah pasrah dan sangat menikmati goyangan penis Gilang di dalam lubang kenimatanku,

    “Aku sudah nggak tahan keluarin sekarang ya Lit”

    “Crooottt…crooott…crooottt…”

    Gilang menyemprotkan cairan tepat di luar pas di depan lubang memekku. Nikmat banget rasanya udah lama tubuhku ini tak disentuh pria. Gilang mengambil tisu dan membersihkan tubuhku. Aku terbaring lemas, Gilang mendekatiku mencoba memberikan selimutnya. Aku dan dia sudah sangat capek. Kita tidur berdua di ranjang dengan posisi masih telanjang.

    Tangan Gilang tidak lepas dari dekapan, dia terus memelukku memegang erat payudaraku seakan tidak mau aku tinggalkan. Hingga kita tertidur pulas.

    Alarm berbunyi tepat jam 5. Aku membangunkan Gilang untuk mandi. Aku dan dia mandi bareng di bath up, disitu kita masih sempet ngesex di air. Setelah itu aku bergegas membangunkan Bik Iyem untuk pulang.

    Jam 8 kita chek in dari villa, aku menyempatkan pergi ke taman biar putriku bermain disana. Waktu semakin sore aku mengajak Gilang pulang. Sepanjang perjalanan pulang aku terus mengingat kejadian semalam.

    Sejak saat itu aku menjalin hubungan dengan Gilang. Bik Iyem pun tau hubunganku, karena Gilang sering menginap di rumahku. Perselingkuhan berjalan hingga mas Bram meninggal dunia dan aku menikah resmi dengan Gilang.

    Cerita Selanjutnya

    Situs Judi Online Bandar Q,Poker,Domino QQ

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Fashion

    Beauty

    Travel