Kadang kedua putri istriku itu mampir dan menginap di apartemen kami, jadi memang 2 kamar yang tersisa kami peruntukkan untuk mereka atau tamu yang datang menginap. Putri sulung istriku sudah berkeluarga, jadi dia jarang menginap di apartemen kami. Jadi putri bungsu istriku lah yang sering menginap. Usianya 19 tahun, cantik dengan rambut di cat pirang, mulus dan sexy sekali. Nama putri bungsu istriku itu, Sinta. Kedua putri istriku itu sampai sekarang masih memanggilku dengan sebutan om, bagiku itu tidak masalah sama sekali, meski aku sebenarnya ayah tiri mereka.
Seperti sudah kujelaskan di atas, kehidupan seks kami berdua masih sangat hot, kami seringkali melakukan hubungan seks ditiap sudut di apartemen kami, apabila aku sedang menonton Tv di sofa, tiba-tiba istriku akan jongkok dan menjilati kontolku, bahkan sampai lubang pantat pun tidak akan lepas dari jilatannya. Jika sedang tidak ada yang berkunjung ke apartemen kami, kami sering tidak memakai pakaian, hanya memakai pakaian dalam saja, bahkan istriku jarang memakai BH, jadi hanya bercelana dalam saja.
Akupun juga sering mengganggu dia, jika dia sedang memasak di dapur, aku langsung menurunkan CDnya dan kujilati, kuemut memeknya yang tanpa bulu (istriku rajin waxing) dan klitorisnya yang bau khas wanita. Kedua toketnya pun ku remas, putingnya yang masih bewarna pink kupilin, kujilat dan kuhisap bak anak bayi yang menyusu pada ibunya, Jika sudah begini acara memasakpun jadi batal. Dia langsung meminta pindah tempat biasanya ke sofa. Kami melakukan gaya 69, kami saling jilat saling emut, sampai lubang pantat. Itu bisa kami lakukan selama 30 menit dan setelah itu, ngentot pun kami dimulai. Istriku paling suka posisi doggy style, karena posisi ini kontolku yang besar dan panjang, akan masuk semua sampai membentur dinding terdalam memeknya, jika sudah begitu, erangan nikmat dari mulut istriku akan keluar dengan keras.
Istriku, Titin namanya, jika sedang ngentot atau kujilati memeknya, pasti dia akan mengerang nikmat yang keras dan itu makin menambah gairah sex kami. Meski kadang-kadang aku khawatir juga teriakan nimat kami terdengar oleh tetangga sebelah kami.
Karena kisah ini mengenai putri tiriku Sinta, maka kupersingkat saja kisah sexku bersama istriku. Aku akan langsung menceritakan kejadian yang tidak terduga antara diriku dengan Sinta. Jika Sinta berkunjung ke apartemen dan menginap, dia selalu berbusana seksi sekali, hanya mengenakan hot pants jeansnya yang khas anak muda, yang nyaris memperlihatkan bokongnya, montok dan terlihat kenyal, serta mengenakan kaos singklet ketat dan tipis, sehingga punggungnya yang putih mulus itu membuat pria manapun akan ngiler abis bila melihatnya. Meski begitu, Sinta tetap memakai BH, sehingga putingnya hanya samar terlihat.
Kejadian tidak terduga antara aku dan Sinta terjadi kira-kira 2 bulan yang lalu. Hari itu adalah hari Sabtu dimana aku tidak pergi ke kantor. Sebetulnya aku diajak istriku dan mertuaku pergi mengunjungi adik istriku yang tinggal di daerah Bogor. Namun karena AC kamar kami rusak dan perlu di service, maka kuputuskan untuk tidak ikut dan menunggui tukang service ac. Jadi hanya istri dan mertuaku saja yang pergi ke Bogor.
Singkat cerita, kurang lebih hampir 2 jam aku menunggui tukang service AC sampai selesai dan setelah itu aku mengisi waktu luangku untuk menonton film dvd yang jumat sore kemarin aku beli di point square. Setelah mandi dengan hanya memakai CD, aku duduk santai di sofa sambil menonton. Sedang asyik-asyiknya menonton tiba-tiba hpku berdering, ku lihat ternyata istriku yang menelpon.
“Halo Mah…ada apa Mah… ” sahutku,
“Pah maaf kayaknya aku pulangnya agak melem deh, karena Tina (nama adik istriku) ngajak kita jalan ke Bandung dulu mau shopping” kata istriku.
“Weekend gini mau ke Bandung?…apa gak macet jalannya Mah?” tanyaku.
“Yaaah mau gimana lagi abisnta Tina maksa sih” jawabn istriku.
“Yaudah kalau gitu, ati-ati dijalan ya, salam buat Tina” pesanku.
“Oke Pah, makasih ya” tutupnya.
Aku meneruskan nonton film lagi, film yang aku tonton mengisahkan tentang suka duka kehidupan gladiator di jaman Roma kuno. Jadi di film ini penuh dengan adegan ngentot tanpa sensor, penuh dengan wanita-wanita tanpa busana, pokoknya membuat aku jadi horny. Sambil menonton mengelus-elus batang kontolku yang mulai mengeras. Sayang sekali istriku gak ada ya jadinya aku cuma bisa nahan nafsuku ini.
Mungkin karena capek ditambah habis mandi, mataku gak bisa diajak kompak dan akupun tertidur di sofa. Tidak tahu berapa lama aku tertidur. Ketika perlahan aku membuka mata aku kaget bukan main ternyata Sinta sudah di depan TV dan menonton film yang sedang aku tonton tadi. Seketika aku langsung menutup mataku kembali, aku bingung harus bagaimana, apalagi aku cuma memakai CD aja dan aku juga baru sadar kalau kepala kontolku agak tersembul (masih ngaceng rupanya). Dalam hatiku bertanya, “Kapan anak ini masuk, rupanya aku lupa mengunci pintu apartemen”. Aku masih bingung bagaimana caranya aku bangun dan memulai percakapan mengingat aku hanya memakai CD dengan kondisi ngaceng pula.
Akhirnya aku putuskan untuk bersandiwara seolah-olah baru bangun, dan tak mengetahui keberadaan Sinta.
“Waaaahhh…” aku menguap, aku berlagak merenggangkan badan seolah baru bangun tidur.
“Lho Sinta…kapan kamu masuk, maaf ya om ketiduran jadi gak tau,” kataku sambil berlagak mengucek mata. Dan mengatur nafasku agar terlihat biasa.
“Lumayan om, udah sejam an om. Om Madi lupa kunci pintu, jadi Sinta bisa masuk deh…” kata Sinta sambil melirik ke arah ku.
“Tadinya mau aku bangunin, tapi gak jadi, kayaknya nyenyak banget, ya udah Sinta diemin aja om” sahut Sinta sambil tersenyum manis. “Iiihh anak ini kok makin cantik dan bikin nafsu aja” kataku dalam hati. Dan tidak sadar aku pukul kepalaku sendiri, “Heh jangan mikir macem-macem” batinku.
“Kenapa om? pusing ya?” katanya terheran-heran melihatku memukul kepalaku sendiri.
“Oh nggak kog, om lupa aja ternyata cuma pakai CD aja dan ada kamu, bentar ya om pakai celana dan baju dulu” sahutku sambil berdiri dan mau beranjak dari sofa.
“Santai aja om, Sinta gakpapa kok” jawab Sinta yang sangat mengejutkanku.
“Sinta juga sering lihat kog, kalau om dan mama sering bercumbu cuma pakai daleman aja, jadi santai aja om, kan Sinta anak om juga…” katanya lagi.
“Waduh tau dari mana nih anak…” kataku dalam hati.
“Oya Sinta, Mamamu pergi ke tempat tante Tina dengan Oma” kataku memberitahu.
“Sinta tau kog om, tadi sebelum kesini Sinta telpon mama dulu dan mama bilang ada om di apartemen, makanya Sinta kesini” sahut Sinta.
Sekilas aku melihat waktu Sinta ngomong, kulihat matanya sambil melirik ke arah kontolku, untuk menghilangkan ke grogianku aku langsung berdiri dan beranjak ,menuju ke dapur.
“Om mau bikin kopi, Sinta mau dibikinin apa?” kataku.
“Gak usah om, tadi Sinta habis minum wine yang ada di meja dapur, gakpapa kan om Sinta minum winenya?”
“Iya gakpapa donk, kalau mau lagi om masih punya tuh ada di lemari dapur buka aja kalau kamu mau” jawabku sambil sibuk mengaduk kopi lumayan lama aku mengaduknya untuk menghilangkan rasa grogiku tadi.
“Lama banget om bikin kopinya?” tanya Sinta curiga.
Mendengar itu aku segera balik ke sofa lagi dan ketika aku baru duduk di sofa tiba-tiba Sinta beranjak dari sofa di sisi kanan Tv, ke arah sofa yang menghadap TV dan duduk di sebelah aku. “Waduh makin kisruh nih ajdinya aku” batinku.
“Nonton dari samping gak enak om, Sinta duduk disini gakpapa kan om?” katanya. Aku tidak menjawab hanya mengangguk saja. Grogi abissss.
Adegan di film sudah tak menarik lagi bagiku, tapi mataku pura-pura menikmati setiap adegannya. Pikiranku sudah melayang gak karuan, bingung mesti ngapain, mana kontolku masih ngaceng aja, apalagi ditambah duduk disamping gadis seksi yang cantik dan putih mulus. menambah keras batang kontolku. Apalagi saat itu Sinta cuma memakai hot pants dan singklet tipis, yang membuatku jadi bernafsu.
Aku berusaha membuang pikiran nakalku, bagaimanapun Sinta adalah anakku juga sekarang meski cuma anak tiri. Gak boleh terjadi apa-apa, demikian pikiranku coba membuang pikiran nakalku. Sesekali aku melirik ke arah Sinta. tentunya tanpa sepengetahuan Sinta. Sesekali Sinta memijat-mijat betisnya sendiri.
“Kenapa dengan betismu Sinta?” tanyaku.
“Agak pegel nih om, kemarin lift kampus rusak jadi terpaksa naik turun menggunakan tangga darurat” jawab Sinta.
“Ooooh…” jawabku singkat dan tak menunjukan reaksi apapun, Tapi lagi-lagi Sinta mengagetkanku.
“Om capek ga?” tanya Sinta sambil menoleh kearahku dengan posisi wajah dekat dengan wajahku.
“Gak tuh…kan abis tidur” jawabku tanpa menoleh, khawtir ketahuan grogiku.
“Kalau Sinta minta tolong untuk mijit betis Sinta mau gak?” tanya yang membuatku kaget.
“Gakpapa Sinta, sini om pijit” jawabku sekenanya karena sudah gak tahu harus bicara gimana lagi.
Dan tanpa basa basi lagi Sinta langsung mengambil posisi tengkurap dengan kakinya ditumpangkan di pahaku. Betisnya yang putih mulus sekarang berada persis di atas kontolku yang sudah mengaceng dengan sempurna. Jadi ketahuan Sinta deh kondidi kontolku.
Perlahan, aku mulai menyentuh betisnya, mulai memijat.Benar-benar mulus betis ini. Mataku juga melirik ke arah paha dan bokongnya yang menyembul, duhhh gak tahan melihatnya. Karena sudah tidak konsen lagi, pijatan aku jadi berubah menjadi elusan, aku benar-benar terbius dengan kemulusan betis Sinta.
“Om kog pijatannya berubah jadi elusan sih” kata Sinta manja. Kaget aku mendengar perkataannya, segera aku kembali memijat.
“Paha sekalian ya om” pinta Sinta. Aku semakin gugup, aku harus memijat paha mulusnya. Ku pijat perlahan kadang sambil ku elus, bahkan tanpa disuruh bokongnya yang indah itu juga kupijat dari luar celananya dan kutekan perlahan secara bergantian.
“Waah… enak sekali pijatmu om” kata Sinta yang mulai terangsang dengan pijatan dan elusanku di paha dan di bokongnya. Seperti memberi sinyal, aku pun semakin berani dengan memasakukan jari tanganku disela-sela hotpantsnya, sekarang benar-benar menyentuh kulit bokongnya, dan sesekali jari-jariku menyentuh lubang anusnya. Setiap kali ku sentuh Sinta bergelinjang, dan ada kedutan kecil disekitar bokongnya. AKu tahu sekarang Sinta sudah terangsang berat. Aku makin tidak perduli lagi, dan sudah tidak malu-malu untuk menyentuh mengelus paha dan bokongnya, lubang anusnya kuusap dengan kedua jari telunjuk.
“Aaahhh…om geli om…enak om…terus om…” erangnya manja. Aku makin bersemangat, pikiranku hanya satu, ingin menjilat dan mengemut seluruh tubuh anak tiriku ini.
Posisi Sinta saat ini masih tengkurap. Tanpa takut lagi aku memasukan tanganku ke depan dan membuka kancing celana hotpantsnya, Sinta diam saja, sambil terus mendesah. Lalu kuteruskan dengan menurunkan hotpantsnya. Sinta tetap diam saja dengan perlakuanku. Lampu hijau benar-benar sudah menyala kataku dalam hati, aku senang sekali siang ini.
Kini Sinta sudah tidak memakai apa-apa lagi disekitar pangkal pahanya. Terpampang paha dan bokong yang mulus di depanku dan siap dinikmati. Kuturunkan betisnya dari pahaku, aku beranjak ke sisi samping Sinta, dan berjongkok. Karena sudah tidak tahan, aku langsung menciumi paha Sinta, kujilati, sambil tanganku memijat perlahan kedua bokongnya. Terus kujilati pahanya.
“Ssstthhh…aahhh…enak banget om…” desahnya. Jilatanku berpindah ke arah kedua bokongnya. Kujilat bokong indah ini, kugigit lembut, dan kubuka bongkahan bokongnya, terpampang lubang anus yang indah, segera kujilati lubang tersebut. Sadar atau tidak, dia sekarang sedikit menungging, dengan posisi ini aku jadi bisa melihat memek Sinta. Indah sekali, tanpa ditumbuhi bulu. Warnanya agak kemerahan. Dengan segera aku jilati memek yang indah ini. Kuemut bibir memeknya yang masih perawan, bibir memek Sinta tidak menggelambir, masih merekat erat, benar keruntuhan rejeki. Kujilati dan kukulum bibir memek Sinta, pelan-pelan dengan jariku kubuka sedikit memeknya, lidahku mulai menjilati didinding memek Sinta, kucari klitorisnya, kuemut dan kujilati.
Tubuh Sinta bergelinjang ke kiri dan ke kanan,
“Aaahhh..oommm…enak om terus omm…” desah Sinta. Dari gerak tubuhnya yang semakin liar, aku tahu bahwa sedikit lagi Sinta akan mencapai orgasmenya, aku makin semangat mengemut dan mengulum klitorisnya, kumasukkan lidahku ke dalam memeknya yang sudah basah bahkan sampai menetes. Kutelan habis cairan yang keluar dari lubang memeknya, terus kujilati kuemut, bahkan kusedot kuat klitorisnya.
“Aaauuuhhh…aaahhhh….” teriak Sinta dengan tubuh mengejang, Sinta telah mencapai orgasmenya yang pertama.
Tubuh Sinta lalu melemas kemudian mendadak dia membalikkan tubuhnya sehingga posisinya menjadi terlentang. Aku berdiri dan duduk di samping sofa. Kupandang tubuh dan wajah yang indah ini, mulus, putih tanpa noda, tanpa gundukan lemak, kencang sekali, tubuh khas wanita muda. Sinta masih terpejam menikmati orgasme yang baru saja dia raih.
Tak tahan melihat wajahnya yang cantik dan bibirnya yang indah, aku langsung menciumnya, kujilati seluruh wajahnya, lehernya, dan berhenti di bibirnya, kukulum dan lidahku masuk ke dalam mulutnya. Sinta pun membalas ciumanku, lidahku disedot dengan kedua tangannya melingkar di leherku seolah tidak mau melepaskan kepala ku. Kami saling menjilat dan saling menyedot.
Tanganku tidak tinggal diam kumasukkan ke dadanya yang masih tertutup BH. Kupilin lembut putingnya. Tangan kiriku berusaha membuka kaitan BH Sinta. Klik..berhasil. Sambil tetap mengulum bibirnya, kutarik ke atas kaos dan BHnya. Kini kedua toketnya yang kencang dan puting berwarna pink terpampang di depan mukaku. Kuremas dan kupilin putingnya. Jilatanku turun ke arah kedua toketnya. Tanpa ragu langsung kuciumi, kujilati dengan rakus kedua toket dan putingnya bergantian. Sesekali kugigit lembut putingnya. Gairah Sinta kembali bangkit.
“Enak seklai om…aahhh…terus sedot puting Sinta ommm…aaaahhh” desahan Sinta yang semakin gak karuan.
Tubuhnya melenting ke atas. Tanganku tidak mau tinggal diam. Sambil terus mengemut dan menjilat toketnya, tanganku turun ke selangkangannya. Kuremas lembut, jariku bermain di klitorisnya, kuusap-usap, sesekali kumasukkan jariku ke dalam lubang memeknya yang sudah basah sekali. Dua jariku tengah dan manis, masuk ke dalam memeknya, kudorong maju mundur secara perlahan dan lembut, takut Sinta merasa sakit.
Aku merasakan kalau kontolku seperti diremas-remas. Ternyata Sinta sudah menurunkan celana dalamku, dan sambil mendesah, tangannya meremas-remas kontolku, rasanya enakkk dan nikmat sekali. Tiba-tiba Sinta mendorong kepalaku.
“Om, ayo berdiri…” pintanya sambil tersenyum manis. Tanpa menunggu perintah lagi akupun langsung berdiri. Kontolku berdiri dengan gagahnya. Sinta lantas mengambil posisi duduk. Dan tanpa basa basi lagi, segera kontolku itu dijilatinya, dikulum-kulum, bahkan kontolku di masukkannya kedalam mulutnya, disedot kuat sekali. Benra-benar nikmat. Aku sudah lupa diri, sudah lupa bahwa Sinta adalah anak tiriku….
“Ayo sayang jilat terus…sedot yang kenceng yaaa…aaahhhh…nikmat sekali…” desahku.
Sinta semakin semangat, kedua bijiku tak lupt dari jilatannya. Bahkan sampai lubang anusku pun dijilatinya, aduhhhh nikmatnya. Sinta kemudian menghentikan kegiatannya dan berkata,
“Masukin sekarang yuk om…Sinta udah gak tahan” rengek manjanya. Sebetulnya aku takut ngentot dengannya, takut dia hamil, wah bisa berabe. Melihat aku agak ragu, kemudian Sinta menarikku sehingga aku terduduk dan dia lalu duduk di atasku. Kontolku dipegangganya dan di arahkan lubang memeknya. “Bleeesss…” akhirnya masuk juga kontolku ke dalam lubang memeknya.
“Aaaahhh…enak om…kontolmu gede dan keras” rancu Sinta. Sinta mulai bergoyang maju mundur. Kami berpelukan erat. Berciuman penuh nafsu. Kedua toketnya kurema-remas. Sinta pun seolah lupa kalau aku adalah ayah tirinya, dia sudah lupa menyebut aku dengan om dan berubah menjadi sayang.
“Aduh sayang…..enak banget, aku sayang banget kamu….aku jadi jatuh cinta padamu…” kata Sinta hilang kendali. Sinta
“Nikmat banget sayaaang…aahhhh…” desahnya lagi. Kupeluk tubuhnya erat. Kusedot kedua putingnya yang menggelantung dihadapanku. Kujilati lehernya. Bibirnya, lidahnya semuanya tak luput dari jilatan dan emutanku. Tak lama kemudian Sinta pun akhirnya mencapai orgasmenya untuk yang kedua kalinya,
“Aaaaaahhh…sayaaang aku keluaaarrr…aaahhh…” teriaknya sambari tubuhnya mengejang. Aku dipeluknya erat sekali sehingga sulit bernafas. Sinta memandangku sambil berkata
“Sayang kamu belum oragasme ya?” tanyanya, tanpa menjawab kucium bibirnya.
“Kugoyang lagi yaaaa….” katanya. Sinta kembali menggoyangkan bokongnya. Kontolku terasa seperti di remas-remas di dalam lubang memeknya, nikmat sekali. Setelah 15 menit berlalu akhirnya aku tak tahan juga,
“Aku hampir keluar sayang, mau dikeluarin didalam atau diluar?” tanyaku sambil memeluknya.
“Tersarah sayang…aku juga mau keluar lagi….aaaahhh….” Dan tanpa bisa dicegah kamipun mencapai orgasme bersamaan. Sinta kembali mecapai orgasmenya untuk yang ketiga kalinya.
Kami masih berpelukan dan posisi Sinta masih duduk di atas pahaku. Kupandangi wajahnya yang cantik. Kucium lembut bibirnya. Kami saling menatap. Kembali kucium lembut bibirnya.
“Makasih sayang aku sayang kamu” kataku.
“Sama-sama sayang, aku juga sangat sayang kamu….” sahut Sinta lirih.
Kami tidak tahu apa yang akan terjadi akibat hubungan ini. Seolah kami tidak perduli. Sekarang kami hanya ingin memanfaatkan waktu yang sangat berharga ini berdua saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar