Meskipun begitu aku masih belum berani membina rumah tangga. Karena aku merasa belum cukup penghasilanku. Aku ingin kelak ketika aku mempunyai istri, aku ingin membahagiakannya dan tak ingin membuatnya menderita. Sebelum menikah aku ingin mempunyai tabungan yang banyak dan sebuah rumah lengkap dengan isinya.
Namun aku tak pernah mengeluh dan lelah dengan keadaanku saat ini. Aku tidak ingin membanding-bandingkan diriku pada Dr. Bimo yang ahli bedah atau Dr. Bayu yang spesialis kandungan, walapun mereka dulu waktu masih sama-sama kuliah di fakultas kedokteran sering aku bantu dalam menghadapi ujian. Mereka sekarang menjadi bintang kedokteran yang sangat cemerlang di bumi pertiwi, bukan hanya ketenaran nama, juga kekayaannya.
Meskipun aku cuma dokter praktek yang melayani masyarakat kelas bawah, yang sangat memerlukan pelayanan kesehatan yang terjangkau, aku memperoleh kepuasan secara batiniah, karena aku dapat melayani sesama dengan baik. Namun dibalik itu, aku pun memperoleh kepuasan yang amat sangat di bidang non materi lainnya.
Di suatu malam, aku diminta mengunjungi seorang pasien yang katanya sedang sakit parah di rumahnya. Seperti biasa, aku akan mengunjunginya setelah aku menutup tempat praktekku. Sekitar setengah sepuluh malam aku langsung menuju di rumah pasien tersebut. Ternyata sakitnya sebenarnya tidak begitu parah bila ditinjau dari kacamata kedokteran, hanya flu berat disertai anemia, jadi hanya dengan suntikan dan obat yang biasa aku sediakan, si ibu ini akhirnya dapat di ringankan penyakitnya.
Ketika aku hendak meninggalkan rumah si ibu, tiba-tiba tanggul di tepi sungai jebol dikarenakan hujan yang sangat deres dan air bah menerjang, hingga mobil kijang bututku terbenam sampai setinggi kurang lebih 50 cm dan mematikan mesin mobilku yang sempat hidup sebentar. Air di mana-mana dan aku pun akhirnya turun kembali dari mobil utuk membantu keluarga si ibu untuk mengungsi ke atas, karena kebetulan rumah petaknya terdiri dari 2 lantai dan di lantai atas ada kamar kecil satu-satunya tempat anak gadis si ibu tinggal.
Karena tidak ada kemungkinan air akan surut dalam semalam, aku pun tak bisa untuk pulang, maka si Ibu menawarkan ku untuk menginap sampai air surut. Di kamar yang sempit itu, si ibu pun lalu tertidur dengan pulasnya dan tinggallah aku berduaan dengan anak si ibu, kalau dilihat dalam sinar remang-remang, tampak wajah manis sekali, umurnya aku perkirakan baru sekitar 23 tahun. Dia mencoba untuk memecahkan keheningan malam itu.
“Maaf pak dokter, kami tidak dapat menyuguhkan apa apa, semua perabotan dapur terendam di bawah”, katanya dengan suara yang begitu lembut, sekalipun di luar terdengar suara hujan yang masih lebat.
“Tenang aja Dik, gakpapa kog” sahutku.
Dan untuk melewati waktu, aku banyak ngobrol bersamanya, tak lupa aku juga berkenalan dengannya yang ternyata namanya Erna.
Ternyata Erna adalah janda kembang tanpa anak, suaminya meninggal karena kecelakaan 2 tahun yang lalu. Erna tinggal berdua saja dengan ibunya yang sakit-sakitan, makanya dia memutuskan untuk menjanda dulu, supaya bisa fokus merawat ibunya. Erna bekerja di pabrik konveksi, namun perusahaan tempatnya bekerja pun terkena dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan.
Tak terasa kami mengobrol, dan ketika aku melihat jam tanganku ternyata jam menujukan pukul 2 dini hari. Kulihat Erna mulai mengantuk, maka kusarankan dia untuk tidur dulu saja. Karena tempatnya sempitnya, aku terpaksa duduk di samping Erna yang mulai merebahkan diri.
Tampak rambut Erna yang panjang terurai di atas bantal. Payudaranya yang montok tampak bergerak naik turun mengiringi nafasnya. Ketika Erna berbalik badan dalam tidurnya, belahan bajunya agak tersingkap, sehingga dapat kulihat payudaranya yang montok. Pinggangnya yang ramping lebih menonjolkan kemontokan payudaranya yang sangat menantang. Lalu aku ikut merebahkan diri di sampingnya dan ternyata Erna tetap terlelap dalam tidurnya.
Aku jadi teringat sama Windi yang juga memiliki payudara yang montok, Windi yang malam minggu kemarin kusetubuhi saat aku melepas lelah di panti pijat tradisional. Windi cuma indah di pandang, tapi permainan sexnya tidak bisa memuaskan. Malam itu aku hampir tidak bisa pulang dengan berjalan tegak, karena penisku masih tetap tegang, setelah ngentot Windi. Aku benar-benar tak mendapat kepuasan. Sampai saat ini aku masih menahan nafsu birahiku.
Dan kini aku akan mencoba meraba payudara Erna yang membuat penisku seketika langsung berdiri. Sungguh tak kusangka ternyata Erna tak memakai BH. Kuplintir puting mungilnya, kuremas lembut payudaranya, kucoba untuk membuka bajunya, Erna tetap saja tertidur pulas sampai bajunya berhasil kulepas. Kudekatkan bibirku ke payudara Erna, kujilati putingnya dan itupun tak membuatnya bangun.
Penisku semakin mengeras, lidahku tetap saja bermain dengan kedua puting Erna. Saat aku menggigit putingnya, Erna kaget dan langsung terbangun, namun aku segera menyambar bibirnya dengan bibirku, agar dia tidak menjerit. Kulumat bibirnya, kujulurkan lidahku ke dalam mulutnya. Erna yang semula diam mungkin karena kaget, kini dia mulai membalas lumatanku..
Setelah aku yakin kalau Erna gak bakal teriak, aku kembali menjilati putingnya, sambil tanganku mencoba menyibakkan roknya agar tanganku dapat mengelus-elus kulit pahanya. Rupannya Erna sudah terangsang juga, dia melepas roknya dan juga CDnya. Sambil mulutnya mendesah nikmat karena jilatan lidahku di putingnya.
Saat itu kilat di luar membuat sekilas tampak terlihat memek Erna dengan bulu kemaluan yang tumbuh lebat di antara pangkal pahanya itu. Lalu bibirkupun berpindah tempat, kujulurkan lidahku, menyusup diantara rambut lebat yang tumbuh sampai di tepi memeknya. Ternyata memek Erna sudah sangat basah dan klitoris Erna sudah mulai mengeras. Kujilati dengan ganasnya, Ernapun menggelinjang dan mendesah pelan.
“Oouugghh…enak mas teruuuss…” sambil tanganya mengelus-elus kepalaku.
Erna membiarkan lidahku bermain-main dengan memeknya.
Setelah hampir 5 menit lidahku bergoyang di memek Erna, akupun pun lantas bangkit untuk segera melepas pakaian yang aku kenakan, begitu juga dengan Erna. Kami berdua melepas baju masing-masing sampai pada akhirnya kita sama-sama telanjang.
Mata Erna tampak agak terbelalak saat dia melihat ke arah bawah perutku, yang ditumbuhi oleh bulu yang lebat. Penisku sudah sangat besar dan tegang, dengan kepala penis berwarna merah mengkilat.
Kuarahkan mulut ERna untuk mendekat ke penisku, kusodorkan kepala penisku ke bibir mungilnya. Erna pun tanpa canggung lantas membuka mulutnya dan mengulum kepala penisku. Sambil tangan kanannya mengelus batang penisku sedangkan tangan kirinya meremas buah zakarku. Aku memajukan bokongku agar penisku makin masuk ke mulut Erna.
Setelah beberapa menit kutarik penisku dari mulut Erna, lalu kurebahkan tubuh Erna, rambut panjangnya kembali terurai di atas bantal. Erna tanpa disuruh dia membuka lebar kedua pahanya, sehingga dengan mudah aku langsung menempatkan diri diantara kedua pahanya. Kulumat kembali bibirya sebelum penisku memasuki lubang memeknya. Sambil tanganku meremas payudaranya.
Kemudian aku mulai memasukan penisku ke dalam memeknya, kutekan perlahan hingga akhirnya “ Bleeeesss…” Tak begitu sulit penisku masuk ke dalam memek Erna, dikarenakan mungkin sudah basah. Erna mendesah pelan penuh kenikmatan.
“Ahhh…masss…” desahnya pelan takut membangunkan ibunya.
Dengan perlahan aku maju mundurkan batang penisku
Sampai akhirnya tertahan oleh dasar kemaluan Erna. Ternyata kemaluanku cukup besar dan panjang bagi Erna, namun ini hanya sebentar saja, karena segera terasa Erna mulai sedikit menggerakkan bokongnya sehingga aku dapat mendorong batang kemaluanku sampai habis, menghunjam ke dalam liang kemaluan Erna.
Aku membiarkan batang kemaluanku di dalam liang kemaluan Erna sekitar 20 detik, baru setelah itu aku mulai menariknya perlahan-lahan, sampai kira-kira setengahnya, lalu aku dorongkan dengan lebih cepat sampai habis. Gerakan bokongku ternyata membangkitkan berahi Erna yang juga menimpali dengan gerakan bokongnya maju dan mundur, kadangkala ke arah kiri dan kanan dan sesekali bergerak memutar, yang membuat kepala dan batang kemaluanku terasa di remas-remas oleh liang kemaluan Erna yang makin membasah.
Tidak terasa, Erna terdengar mendasah dasah, terbaur dengan dengusan nafasku yang ditimpali dengan hawa nafsu yang makin membubung. Untuk kali pertama aku menyetubuhi Erna, aku belum ingin melakukan gaya yang barangkali akan membuatnya kaget, jadi aku teruskan gerakan bokongku mengikuti irama bersetubuh yang tradisional, namun ini juga membuahkan hasil kenikmatan yang amat sangat. Sekitar 40 menit kemudian, disertai dengan jeritan kecil Erna, aku hunjamkan seluruh batang kemaluanku dalam dalam kutekan dasar kemaluan Sri dan seketika kemudian, terasa kepala kemaluanku menggangguk-angguk di dalam kesempitan liang kemaluan Erna dan memancarkan air maniku yang telah tertahan lebih dari satu minggu.
Terasa badan Erna melamas, dan aku biarkan berat badanku tergolek di atas buah dadanya yang montok. Batang kemaluanku mulai melemas, namun masih cukup besar, dan kubiarkan tergoler dalam jepitan liang kemaluannya. Terasa ada cairan hangat mengalir membasahi pangkal pahaku. Sambil memeluk tubuh Erna yang berkeringat, aku bisikan ke telinganya,
“Erna, terima kasih, terima kasih.
Ingin dapatkan jutaan bahkan puluhan juta rupiah setiap harinya? hanya disini yang bukan hanya janji tapi bukti
BalasHapusRasakan Juga Serunya bermain New Game dari kami SAKONG online
-----------------------------------------------------------------------**
Promo dari Sahabat Poker sebesar 0.5% untuk cashback & 15% bonus referal (life time)
----------------------------------------------------**
Yuk Daftakan Sekarang Juga Hanya Di www,sahabatpk,com
Agen Domino & Poker Terbesar Di Indonesia !!
Dapatkan Pelayanan Livechat 24 jam dengan CS Kami yang Cantik-Cantik Dan juga Responsive