Bu Dea merupakan mantan peragawati. Maka dari itu meskipun umurnya sudah mau beranjak berkepala 4 tubuh bu Dea masih terlihat seksi. Wajahnya juga masih kelihatn cantik tanpa ada kerutan di wajahnya. Saking keseringan aku menghadap bu Dea di ruangannya, aku merasa ada gelombang persahabatan yang terlontar dari perkataannya dan juga gerak geriknya. Tak jarang bu Dea sering memuji penampilanku. Ada kebanggaan tersendiri bila aku dapat menarik perhatiannya, mudah-mudahan bisa berpengaruh pada gajiku. Hahaha…
Sampai pada suatu hari, aku dipanggil untuk menghadap bu Dea, Saat itu mukanya terlihat sangat tegang dan kusut. Aku pun memberanikan diri untuk peduli.
“Bu Dea hari ini knpa kelihatnnya kusut sekali, apa ada masalah?” kataku sembari menuju kursi di depan mejanya.
“Iya nih Andra, aku lagi steres berat, mana urusan kantor banyak banget ditambah setiap di rumah mesti berantem sama suamiku…capek campur kesel jadinya” jawabnya.
“Makanya aku manggil kamu kesini, entah mengapa setiap aku lagi kesel kalo liat kamu jadi ilang deh keselku” imbuhnya sambil matanya menatapku tajam.
Aku terhenyak diam sesaat, terpaku. Kaget campur ga percaya masak iya bu Dea bilang begitu sama aku. Batinku.
“Hy Andra diajak bicara kog malah benging sih” katanya sambil menyenggol lenganku.
“Oh ga kog bu, cuma kaget aja dengar bu Dea berkata seperti itu. Aku ga percaya masak iya aku bisa membuat tenang wanita secantik dan seseksi ibu” kataku gugup.
“Beneran, oya Ndra entar temeni aku makan siang di hotel ya…kita bicarain soal promosi kamu. Tapi kita jangan kesana bareng ga enak sama karyawan yang lain…nanti kamu duluan aja kita ketemu disana oke?” kata bu Dea.
Aku semakin tergagap, tidak menyangka akan diajak makan bareng sama bu Dea.
“Baik bu…” jawabku lalu berjalan keluar dari ruangannya.
Setelah membereskan meja kerjaku, tepat jam makan siang aku langsung menuju hotel yang ditentukan oleh bu Dea. Di dalam mobil aku coba menyimpulkan promosi jabatan apa yang akan bu Dea berikan padaku. Bikin penasaran aja. Kenapa harus makan siang di hotel? Terbersit dipikiranku, mungkin bu Dea butuh teman makan, teman bicara atau mudah-mudahan teman tidur. Hahhaha… mana mungkin bu Dea mau tidur denganku yang notaben aku hanyalah seorang karyawan biasa. Aku lalu mencoba kesampingkan pikiran kotor itu.
Sekitar setengah jam aku menunggu di lobby hotel, tiba-tiba seorang bellboy menghampiriku. Setelah memastikan yang dimaksud itu aku, dia mempersilahkanku menuju kamar 809, katanya bu Dea atasanku menunggu di dalam kamar hotel itu. Aku menurut saja melangkah ke lift yang membawaku ke kamar itu. Ada rasa berkecamuk penuh tanda tanya di pikiranku sampai pada akhirnya bu Dea membuka pintu kamar sambil tersenyum manis dari balik pintu.
“Maaf ya Ndra, aku berubah pikiran dengan mengajakmu makan di kamar…silakan duduk kita ngobrol..oya kamu mau pesen makan apa?” kata bu Dea. Aku benar-benar ga menyangka akan seperti ini,aku sangat gugup.
“Ga usah gugup donk biasa aja…” ujar bu Dea melihat tingkahku.
“Aku gak nyangka bu, bisa makan siang sama ibu seperti ini. Siapa sih orangnya yang ga bangga diundang makan sama wanita secantik ibu” pujiku ditengah kegugupanku.
“Kamu bisa aja Ndra, emangnya aku masih kelihatan cantik ya?” jawab bu Dea dengan pipi memerah. Persis kayak anak ABG yang lagi dipuji dan disanjung.
“Cantik sekali bu, oya bu sejujurnya aku selama ini memimpikan untuk bisa berdekatan dan berduaan dengan bu Dea, makanya aku sering nyari alasan agar bisa masuk ke ruangan bu Dea” kataku polos.
“Aku sebenarnya juga sudah tau kog kalo kamu sering nyari-nyari alasan agar bisa menemuiku di ruanganku. Bahkan kamu juga sering mencuri padang menatapku kan?” ungkapnya. Ditembak seperti itu aku jadi malu sekali. Ternyata bu Dea memperhatikanku juga.
Lalu kami berpandangan mata lumayan lama. Posisiku aku di tempat duduk sedangkan bu Dea duduk dibibir tempat tidur. Dari wajahnya terlihat kalau wanita ini sedang kesepian, raut mukanya menandakan akan hausnya sex. Perlahan dia berdiri dan menghampiriku. Wajahnya semakin dekat.. dekat.. aku diam aja sambil terus menatap matanya. Bu Dea kemudian mencium lembut bibirku. Kutepis rasa gugup dan segera membalas ciumannya. Bibir kami saling berpagutan.
“Pesen makannya nanti aja ya Ndra?” katanya disela ciuman yang semakin panas.
Bu Dea duduk dipangkuanku, Aku menyadari kalo yang duduk dipangkuanku ini adalah seorang bos di tempat kerjaku. Tapi biarlah aku sudah terbuai dengan nafsu. Tangan kirinya melingkar di leherku sementara tangan kanan memegang kepalaku. Ciumannya semakin dalam, aku lantas mengeluarkan jurus-jurus ciuman yang kutau selama ini. Kupilin dan kuhisap lidahnya dengan lidahku. Sesekali ciumanku menggerayang ke leher dan belakang telinganya. Bu Dea mengelinjang kegelian.
“Ternyata kamu hebat berciuman juga ya Ndra, aku ga pernah dicium sehebat ini sama suamiku, apalagi akhir-akhir ini dia cuek dan ga mau menyentuhku” ucap bu Dea curhat.
Aku berpikir, bego banget suaminya tidak mau menyentuh wanita secantik dan seseksi bu Dea. Tapi mungkin itulah kehidupan suami istri yang lama-lama bosan, pikirku.
Bu Dea menarik tanganku menuju ke ranjang isyarat ingin segera bercinta, tapi aku mencegahnya dengan memeluknya saat berdiri. Kucium lagi berulang-ulang, tanganku mulai aktif meraba payudaranya. Tubuh bu Dea menggelinjang penuh gairah. Kutarik blasernya dan kulempar ke kusri, Kubuka kancing kemejanya lalu kutarik ke bawah celana panjangnya. Bu Dea hanya terdiam mengikuti sensasi yang kuberikan. Wow, aku terkagum-kagum melihat pemandangan yang ada di depanku. Kulitnya putih bersih, pantatnya berisi, bodynya kencang dan ramping dan toketnya yang masih lumayan kencang meskipun ga begitu besar. Celana dalam merah jambu sepadan warna dengan BH yang menutupi payudaranya.
“Ibu benar-benar wanita teristimewa yang pernah aku lihat” gumamku memujinya.
Kini giliran bu Dea mulai melepas pakaian yang aku kenakan. Namun dia lebih garang lagi karena dia melepaskan semua pakaianku tanpa tersisa. Penisku yang sedari tadi sudah tegang kini terlihat tegak berdiri seakan menantang bu Dea.
“Kamu ganteng banget Ndra” katanya seraya tanganya meremas lembut penisku dan tak lama kemudian bibir mungilnya sudah mengulum penisku.
Nikmat sekali sentuhan bibir dan jilatan lidahnya dari ujung penisku sampai pada kedua pelerku. Aku sudah ga tahan menerima sensasi yang diberikan oleh bu Dea. Kuangkat tubuhnya dan kudorong ke ranjang, kuloloskan celana dalam dan BH-nya. Aku meraih dua bukit kembar miliknya dan kuremas-remas. Tanganku merayap ke memeknya yang sudah sangat basah. Jari tengahku menyentuh itilnya dan mulai mengelusnya. Bu Dea terhentak. Sesekali jariku kumasukkan ke dalam lubang memeknya berusaha membuat sensasi dengan menyentuh G-spot-nya.
Atas inisiatifku kami bertukar posisi,ke gaya 69. Jilatan lidahnya semakin sensasional dengan menurun hingga ke pangkal kemaluanku. Dua buah bijiku tak luput dari jilatan dan kulumannya. Rasanya benar-benar sangat nikmat. Gantian aku merangkai kenikmatan buat bu Dea, kusibakkan rambut-rambut halus yang tertata rapi dan kusentuh labia mayoranya dengan ujung lidah. Dia menggeliat. Tanpa kuberi kesempatan untuk berpikir, kujilati semua sudut memeknya, itilnya kugigit-gigit. Bu Dea menggelinjang dan mendesah,
“Uuuuhhh…sssthhh..aahhhh…Udah Ndra entar aku keluar lhoo…ga tahan nih habisnya enak banget” katanya disela desahannya.
Tak berselang lama tiba-tiba tubuh bu Dea mengejang dan kemudian terhempas lemas. Bu Dea baru saja meraih orgasmenya.
Aku sangat bangga sekali bisa membuat wanita cantik ini puas hanya dalam lima menit jilatan.
“Benar-benar Ndra, kamu bisa membuatku merasa terbang ke awan. Rupanya kamu mahir juga ya…makasih ya Ndra” ujarnya.
“Upshh… jangan terima kasih dulu bu, ini belum apa-apa, nanti aku kasih yang lebih dahsyat lagi” sahutku.
“Beneran Ndra? puasin aku ya…sudah lama aku ga dapat kepuasan dari suamiku mungkin dia sudah bosen sama aku” bisknya agah merintih lirih.
Tanpa berlama-lama kugiring bu Dea duduk diatas tubuhku. Kuarahkan penisku masuk ke dalam lubang memeknya…”Bleeesss….” masuk dengan sangat mudah karena sudah basah oleh air mani yang dikeluarkan dari memek bu Dea saat orgasme yang pertamanya tadi. Tanpa kusuruh bu Dea menggenjot penisku naik turun. Posisi ini membuatku semakin bernafsu karena aku bisa menatap tubuh indah putih mulus dengan wajah yang cantik, sepuasnya. Lama kami bereksplorasi saling merangsang. Terkadang aku mengambil posisi duduk dengan tetap bu Dea dipangkuanku. Kupeluk tubuhnya kucium bibirnya.
“Aaahhhh…nikmat sekali Ndra…yeesss….” desahnya. Entah sudah berapa kali kata-kata ini dia ucapkan.
Kontolku yang belum terpuaskan semakin bergejolak disasarannya. Aku lantas mengubah posisi dengan membaringkan tubuh bu Dea dan aku berada di atas tubuh mulus. Sambil mencium bibir indahnya, kumasukkan lagi penisku ke dalam lubang memeknya. Kugenjot naik turun. Kulihat bu Dea merem-melek menahan kenikmatan. Pinggulnya juga mulai bereaksi dengan bergoyang melawan irama yang kuberikan. Lama kami dalam posisi itu dengan berbagai variasi, kadang kedua kakinya kuangkat tinggi, kadang hanya satu kaki yang kuangkat. Sesekali kusampingkan kakinya ke pundakku. Bu Dea hanya menuruti dan menikmati apa yang kuberikan. Mulutnya mengerang dan mendesah menahan nikmat.
Hampir 15 menit kami melakukan gaya ini dan tiba-tiba bu Dea mengerang panjang,
“Ndraaa….aku mau keluaara lagiii..aaahhh…ga tahan aku Ndra…” teriaknya.
“Tahan bu…aku juga mau keluar…barengan yaaa…” ajakku.
Dan beberapa detik kemudian kami berdua melengkuh panjang,
“Aaaahhhhh…..”
Kurasakan spermaku menyemprot ke dalam memeknya dan bu Dea tersentak menerima muntahan lahar panas dari penisku. Kemudian kami sama-sama terkulai lemas bercampur puas.
“Kamu hebat sekali Ndra, bisa bikin aku orgasme dua kali dalam waktu dekat” katanya disela nafas yang tersengal.
Aku cuma bisa tersenyum bangga.
“Bu Dea ga salah pilih orang, aku hebat kan bu?” kataku berbangga yang dijawabnya dengan ciuman mesra.
Setelah mengaso sebentar bu Dea kemudian menuju kamar mandi dan membasuh tubuhnya dengan shower. Dari luar kamar mandi yang pintunya ga tertutup aku memandang tubuh seksi bu Dea. Bosku ini bener-bener cantik dan seksi, maklum mantan peragawati. Tubuhnya terawat tanpa cela. Aku sangat beruntung bisa menikmatinya, batinku.
Selesai mandi kami pun memesan makan. Setelah selesai makan kami kembali ke kantor dengan mobil sendiri-sendiri. Sesampianya dikantor seperti tidak ada kejadian apa-apa. Sebelum jam pulang bu Dea memanggilku lewat sekretarisnya. Saat menemuinya kami duduk berhadapan, sangat terasa kalau suasananya berubah, tidak seperti kemarin-kemarin. Sekarang beraroma cinta.
“Ndra, kamu ga keberatan kalo di kantor kita bersikap biasa-biasa aja layaknya bos sama karyawan, tapi kalo diluar aku mau kamu bersikap layaknya suamiku” katanya tersenyum manja.
“Baik bu Bos yang cantik dan seksi” sahutku bergurau.
Sebelum aku keluar dari ruangannya kami masih sempat berciuman mesra.
Sejak saat itu aku resmi jadi suami simpanan bos ku. Aku menikmati posisiku saat ini karena aku juga jatuh cinta dengan wanita cantik dan seksi idaman hati ini.
Sudah setahun lebih hubungan kami berjalan tanpa dicurigai siapapun karena kami bisa menjaga jarak kalau di kantor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar