“Biarin” pikirku, selama dia mampu menjualkan alat-alat kesehatan, dia pantas dijadikan sebagai karyawan marketing yg digaji dgn baik. Walaupun kadang melihat Rianty pengin banget ngerasain kehangatan tubuhnya.
Tp aku tdk mau terlibat cinta dgn karyawatiku, apalagi smapai bercinta denganya, walaupun aku sendiri masih lajang, nama baikku sebagai BOS bisa hancur lebur jadi debu.
Suatu hari aku memesan alat USG sekitar dua minggu yg lalu, dan kini barang pesanan senilai 450 juta tersebut sdh ada didepanku. USG (Ultra Sonografi) 3 dimensi berwarna. Rianty tentu saja ikut terlibat dlm transaksi ini.
Siang itu setelah Rianty mengambil barang pesanan tersebut dari jasa courier, sekarang dua bentuk sesuatu yg menakjubkan itu ada di depanku. Satu Rianty dan yg satu CKD-USG yg sangat istimewa itu.
Kenapa istimewa, karena kalau untuk USG bayi dlm kandungan, wajah bayi pun bisa kelihatan seperti foto, juga untuk USG yg lain, baik itu ginjal, jantung, pembuluh darah yg besar, maupun ovarium (=telur) dari seorang perempuan.
Langsung ku telpon pihak Rumah Sakit pemesan bahwa barang pesanan sdh datang, karena Direktur Medis sdh pulang. Aku telpon ke rumahnya, dan beliau perintahkan untuk mengirim barang jam 8 pagi besok di Rumah Sakit tempat beliau bekerja. Sambil dia berpesan, agar barang yg diterima harus sdh siap dioperasikan.
“Waduh !’ pikirku, itu artinya hari ini juga aku harus merakitnya, karena alat medis elektronik yg mahal seperti ini, semua komponen dlm bentuk lepas (CKD = Completely Knock Down).
Akhirnya setelah menerima “perintah” dari pembeli, aku panggil bagian service yg Insinyur Elektro untuk mulai merangkai USG ini. Mulai sore itu, akhirnya dgn tergesa-gesa, selesailah sampai jam 12 malam.
Rianty tentu saja tdk boleh pulang hingga malam itu, karena sebagai bagian Marketing dia akan mendapat keuntungan 5 % dari harga transaksi ini.
Pak Kalbe, 10 tahun lebih tua dari diriku yg merakit alat ini sdh sangat kelelahan dan ikut tegang ketika aku mulai menancapkan kabel listrik. “ON”…hiduplah alat ini, kami bertiga terdiam didepan alat ini, selain itu untuk pertama kalinya juga perusahaan kami mendapat pesanan alat ini, juga pertama kali Pak Kalbe merakit. Tinggal kami bertiga di ruang elektrik perusahaan, semua karyawan sdh pulang dan istirahat dirumah masing-masing.
Kami ber-3 kagum melihat alat yg sdh hidup tersebut, nampaknya tdk ada masalah sedikitpun,
“Ayo kita coba, kita hanya punya waktu 7 jam sebelum menyerahkan barang ini” suaraku memecah keheningan.
“Aku, Pak !” Pak Kalbe langsung menyahut, selain dia sdh hapal alat-alat medis kedokteran, dia juga tahu kecanggihan alat ini.
Dgn bersemangat Pak Kalbe melepas kemejanya dan tidur dimeja kerja bagian elektronik yg sebenarnya meja tenis. Mulailah aku jadi ahli USG dadakan, berbekal buku dan ingat pelajaran Anatomi, Aku mulai memeriksanya dgn memberinya lubricant / pelincir agar prop USG ini bisa digeser dgn mudah di badan Pak Kalbe.
Dari Jantung, Lambung, Kantong Empedu, Pembuluh Darah dan Ginjal.Luar Biasa !, dari layar nampak jelas terlihat seperti mata saya ada didlm badan Pak Kalbe. Aku dan Rianty tertawa ketika nampak adanya batu kecil di Ginjal sebelah kiri Pak Kalbe.
Pak Kalbe langsung merasa khawatir.
“Tenang Pak, masih kecil sekali, pakai obatpun diharapkan bisa hilang”.
“Aku gantian, Pak” Rianty ikutan muncul suaranya setelah takjub melihat percobaan yg ku lakukan pada pak Kalbe
Aku jadi bigung, selain ruang yg penuh dgn alat elektronik dan hanya ada meja tenis ini, disini Cuma ada aku, Rianty dan Pak Kalbe. Aku menatap Pak Kalbe, nampaknya dia mengerti kebingunganku,
“Iya, pak dicoba saja pada Rianty, dicoba untuk melihat telur dan rahim”,
“Tp.”kataku.
“Sdhlah pak, dicoba daripada nanti kita diklaim nanti saya yg repot” dia menyahut
“Coba saja Pak, tdk usah sungkan, saya pamit pulang dulu”
Pak Kalbe matanya serius, tp nampak diujung bibirnya senyum kecil, pengertian juga sih batinku.
“Pamit Pak !, saya pulang dulu” , diapun langsung pergi, mungkin dia lelah, atau mungkin tdk ingin menggangguku dgn Rianty.
Setelah Pak Kalbe tdk ada di ruang, tinggallah aku dan Rianty,
“Jadi, Pak ?” suara Rianty kembali muncul, aku hanya bisa mengangguk
‘Ya, silahkan”.
Tanpa ragu Rianty melepas bajunya dan membaringkan tubuhnya diatas di meja tenis, nampak BH merah dan toketnya yg sebagian menyembul, kulit yg putih dan bersih. Aduh…”kontolku” mendadak bangun dan keras dimalam itu.
Mulailah aku memberikan pelincin di perutnya yg putih dan kencang,
“aduh, dingin, pak”. ketika pelicin menetes diperutnya.
Ku periksa lambung dan ginjalnya, normal semuanya. Aku tak berani memeriksa dibagian lain.
“Pak, sekalian yg lain, mumpung gratis” pintanya. Aku mulai menggerakkan prop USG ke bagian tubuh atasnya, karena BHnya masih menempel di toketnya tentu saja aku tak bisa mengarahkan prop tepat ke Jantungnya
“Rianty, eee.”..
”Oh, ini Pak” Sambil memegang BHnya
” Tunggu sebentar, Pak” dgn gaya genit seorang wanita,
BH Rianty sdh terlepas. Nampak toketnya yg sangat indah dihadapanku , puting yg kencang , meskipun toketnya kecil tp kencang, nampak kenyal dan sangat. Mulai ku arahkan prop USG ke arah Jantungnya bergeser keperut.
Rianty begitu menikmati gerakan prop USG tersebut, putingnya nampak begitu mengeras. Lebih gila lagi dia menutup kedua matanya, sambil berdesah pelan, ku arahkan prop USG tepat di jantungnya, dgn pembesaran 200 X, aku mulai membaca ruang yg ada jantungnya. Karena aku mencoba menelusuri bagian kiri dan kanan jantung, tentu aku harus berulang-ulang menggeser prop USG, sambil mengatakan padanya apa yg saya baca dari layar monitor.
Tak sekejap pun Rianty membuka kedua matanya, sambil terus berdesah pelan.
“Kontol” sdh tak tahan lagi, lihat keadaan seperti ini.
Saat tangan kananku memegang dan menggeser prop USG, tiba-tiba tangan kiriku meremas toket kanan Rianty.
Ku remas dan memainkan pelan toketnya. Desah Rianty makin keras,
“Oohh terus Pak”… Bisik Rianty
”Makin tak tahan” pikir saya. Sdh tak ingat lagi antara bos dan karyawatinya.
Ku letakkan prop USG tersebut, giliran tangan kiriku memeriksa jantungnya, tangan kananku berada di payudara kirinya. Ku isap dan ku gigit pelan toketnya.
“Nikmat Pak enak terus…terus pak” sambil terus menutup matanya.
Ku jilati dan ciumi perutnya, tangan kanan sekarang berpindah ke arah selangkangannya yg memakai rok. Ku belai dgn lembut selangkangannya, terasa lembab
“Oohhh.aah..enak pak”…
Aku masukkan tanganku kedalam roknya, ku raba CELANA DALAMnya, sdh sangat basah, kakinyapun sekarang dibuka lebar-lebar memberi kesempatan tanganku untuk bermain selangkangannya.
Ku tarik CELANA DALAMnya, teraba memeknya yg sdh basah, ku elus dgn pelan bibir dlm memeknya. Memeknya mempermudah saya untuk menggosok-gosok jari tengah saya ke memeknya, juga itilnya.
“Ooohhh..aahh..”..makin keras suara desahan Rianty.
“Sebentar yaa” kemudian akubangkit, segeraku matikan USG dan lampu ruang elektronik yg saat itu terang benderang .
Ku lepas semua pakaian yg ku pakai juga tak lupa CELANA DALAMku. Aku sdh tak sabar lagi.
Rianty pun juga tak mau kalah, tanpa diperintah, dia langsung lepas semua pakainnya. Dari remang-remang lampu di ruang sebelah tampaklah Rianty yg telanjang bulat tanpa sehelai benang ditubuhnya.
Memeknya ditumbuhi bulu yg lebat, “Pantas, alisnyapun lebat” pikirku. Akupun langsung mengarahkan mulutku ke memeknya, karena lebatnya bulu kewanitaannya, aku terpaksa menggunakan kedua tanganku untuk menyibaknya.
Giliran sekarang Rianty yg meremas-remas toketnya sendiri.
Memeknya yg berbau khas, seperti keju belanda. Maklumlah, kami berdua belum sempat mandi sejak pagi hari tadi. Tp sdhlah mulutku sdh dlm posisi untuk menjilat. Ku jilat-jilat itilnya naik turun di bibir memeknya.
“Pak, masukin pak” pinta Rianty.
Tanpa perintah kedua, aku langsung berdiri. Ku tarik tubuh Rianty ketepi meja tenis, segera ku masukkan kontolku ke dlm memeknya. “Bleeess…” tanpa kesulitan aku menyodokan kontol ku, karena memek Rianty sdh membanjir,dan juga posisiku yg berdiri mempermudah melakukan hal itu.
Ku pegang pinggulnya, ku tarik dan dorong tubuh Rianty, sesuai dgn arah laju pinggulku yg maju mundur. “oooh..yess” terus menerus desahan Rianty terdengar keenakan. Tiba-tiba tangan Rianty memegang sangat keras kedua tanganku yg sedang memegang pinggulnya
“Maaasssss..” Rianty menjerit tertahan…pada saat yg bersamaan, memek Rianty berdenyut keras dikontolku yg rasanya seperti diremas-remas dgn lembut oleh memeknya.
Rianty mencapai klimaksnya dgn orgasme hebat, bokongnya tdk lagi terletak dimeja tenis tp sdh terangkat keras keatas. Rupanya dia sangat menikmati orgasmenya.
Setelah dia agak tenang, aku mulai memompanya kembali, terasa agak kering sekarang memeknya, habis sdh lendirnya.
“Sakit, mas..sakit, mas” dia mengerang.
“Tanggung” pikirku.
Segera ku ambil pelincin USG yg tergeletak dekat kami, ku olesi kepala kontolku dan juga memek Rianty, segera ku masukkan kembali kontolku kedalam memeknya, sekarang kembali licin seperti semula.
“Terus…mas, nikmat mas…” Aku tetap dlm posisi semula, sekarang dgn bekal sedikit pelincin diibu jariku, ku bantu Rianty menggosok-gosok itilnya. Kali ini, sungguh sulit bagiku untuk mencapai klimaks, konsentrasiku buyar total, setelah Rianty memanggilku dgn sebutan “Mas”, aduh aku ini bosnya.
Tp “what the hell, what will be, will be”. Kembali ku berusaha untuk mengeluarkan semua isi kontolku. Sedangkan otak saya masih berperang antara “Mas dan Pak”.
“Tahan mas…..tahan…aku mau keluar lagi”..dlm hitungan menit
“Maaasss.masss..masss.” dan remasan lembut memek Rianty kembali berdenyut dikontolku.
Rianty orgasme untuk kedua kalinya, tp tdk sehebat yg pertama, tangannya meremas keras tangan kiriku, sedangkan tangan kananku masih aktif di itilnya.
“Rugi, aku kalau tdk sampai orgasme” pikirku.
Segera gantian aku menutup mata, konsentrasi penuh membayangkan memeknya Angelina Jolie. Ku percepat sodokanku memeknya.
“Ooohhhhhhhhhhh..” aku mendesah panjang, ku keluarkan semua isi kontolku ke memeknya, dan ku sodokan sedalam-dalamnya.
Aku tergeletak disamping Rianty, dua manusia tanpa sehelai benang dgn memek dan kontol yg berhamburan sperma.
Rianty memelukku , dijilat pelan telingaku
“Maaf ya mas, sejak tadi malam memang aku lagi “kepengin” Rianty berbisik.
“Puas mas ?, aku sangat puas sekali”. Akupun mengangguk.
“Ayo kita pulang” aku mengingatkan, jam sdh menunjukkan jam 2 pagi.
Segera kami berdiri dan merapikan baju, Rianty ke kamar mandi membersihkan sisa-sisa sperma yg menempel di memeknya.
Aku sekarang sendirian di ruang elektronik, lampu sdh ku hidupkan kembali, sambil merokok dan menunggu Rianty kembali ke ruang ini, saya termangu-mangu.
“Aduh, sekarang dia panggil aku Mas, padahal aku bossnya, belum lagi kalau dia hamil”.semoga saja tdk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar