Kemarin malam aku lembur di kantor. Karena jenuh dengan pekerjaan yang menumpuk, aku memutuskan untuk keluar kantor sebentar, sekedar cari angin dan cuci mata. Aku keluar dengan mobil, begitu sampai di pelataran toko pusat perbelanjaan yang ada di kota kembang, mobil kuparkirkan disana. Udara malam itu begitu segar, kebosananku akan pekerjaan jadi agak sedikit hilang.
Kuberjalan menelusuri trotoar sambil melihat-lihat iklan produk yang terpajang di etalase dan secara kebetulan, mataku tertuju ke stan penjualan produk alat-alat kosmetik. Mataku tertuju pada sesosok wanita yang sepertinya aku kenal. Dengan langkah ragu-ragu aku mencoba hampiri stan kosmetik itu. Setelah hampir sampai di dekat stan itu aku berhenti, aku diam sambil memperhatikan sosok tubuh tersebut.
Dan setelah aku yakin kalau sosok tersebut benar-benar aku kenal, dengan hati berdebar aku memberanikan diri memanggilnya.
“Amel…” jeritku. Wanita itupun menoleh kearahku.
“Benar kamu Amel kan?” tanyaku menyakinkan. Dia memandang wajahku dengan mengerutkan keningnya. Mungkin dia sedang mengingat-ingat diriku.
“Aris?? Kamu Aris???…” tanyanya dengan wajah setengah bingung.
“Iya…kamu masih ingat aku? Kukira kamu sudah lupa denganku…” kataku sambil menyodorkan tangaku.
“Gak mungkin aku lupa kamu Ris, gimana kabarmu?” jawabnya dengan tangan menyambut uluran tanganku.
“Alhamdulillah baik-baik saja” jawabku
“Kamu sendiri?” tanyaku balik.
“Baik juga” jawabnya sambil menyibakkan rambutnya.
Perlu pembaca ketahui, Amel (bukan nama sebenarnya) merupakan teman SMA ku dulu. Kedua orang tuanya tinggal di luar jawa, sedangkan dia di kota kembang ini tinggal bersama kakaknya ngekost berdua. Amel orangnya cukup tinggi, dengan berat badan yang ideal ( menurut penglihatanku sih hehehe ), hidungnya mancung dan jga dia memiliki toket yang lumayan montok.
Kami berdua mengobral tentang masa-masa SMA dulu. Kami mengobrol lumayan lama dan tak terasa kalau jam sudah menunjukan pukul 9 malam. Dan di jam itu Amel harus pulang. Dengan penuh keyakinan aku menawarkan diri untuk mengantarnya pulang, kebetulan dia pulang sendiri.
Amel pun mengiyakan tawaranku. Sebelum aku mengantar Amel ke tempat kostnya, aku mengajak dia untuk makan malam dulu.
Makan malam selesai aku langsung mengantar dia ke tempat kostnya. Sesampainya disana aku disuruh mampir dulu.
“Masuk dulu yuk Ris” katanya.
“Makasih Mel…lain kali aja lagian gak enak sama kakakmu” kataku. Kulihat jam tanganku sudah menunjukan pukul 23.00
“Kakakku baru ke Bali. Aku cuma sendirian disini, Ayolah masuk dulu…” pintanya merajuk. Akhirnya akupun luluh dan ikut masuk ke dalam.
“Oke tapi aku sebentar saja Mel, soalnya aku lagi banyak pekerjaan di kantor,mata juga udah ngantuk berat, capek lagi” kataku sambil memijat pundakku sendiri karena pegal. Amel pun mengangguk dan tersenyum, dia pun lantas berjalan ke belakang untuk mengambil minuman.
“Kamu santai aja dulu ya Ris, aku mau mandi sebentar gerah nih” katanya sambil menyodorkan minuman untukku. Aku duduk di kursi di dekat tempat tidurnya. Hampir 10 menit dia belum juga keluar dari kamar mandi. Karena merasa capek aku lalu rebahan di ranjangnya. Tak berapa lama kulihat Amel keluar dari kamar mandi hanya memakai tanktop dan celana pendek. Rambutnya basah mungkin dia habis keramas. Kemudian dia duduk di depan meja riasnya sambil mengeringkan rambutnya.
“Kelihatannya kamu capek sekali?” tanya Amel membuyarkan lamunanku.
“Iya Mel…aku capek banget hari ini, mana kerjaan masih numpuk” keluhku.
“Ya udah kamu istirahat dulu aja sana, aku pijitin mau gak?” kata Amel sambil melangkah ke arahku.
“Beneran Mel mau mijitin aku?” kataku meyakinkan.
“Emang aku pernah berbohong denganmu?” jawabnya.
“Ya udah buruan tengkurap terus buka kemeja kamu, kaos dalamnya juga ya…” terusnya. Bagai kerbau dicocok hidung, aku nurut aja dan langsung tengkurap. Maya mulai memijitku, dari pundak terus ke punggung. Pijatannya lembut sekali, rasa capek dan kantukku mulai hilang. Bukan hanya itu darahku pun ikut berdesir. Batang kontolku mulai mengeras. Aku jadi salah tingkah. Sepertinya Amel melihat perubahan sikapku.
“Sekarang balikan badanmu, biar aku pijit bagian depanmu” katanya lembut.
Aku agak sedikti ragu untuk membalikan badanku, pasalnya aku malu kalau Amel melhat kontolku yang sudah menegang ditambah dengan hembusan nafasku yang mulai tak beraturan. Tapi dengan terpaksa aku akhirnya membalikan badanku. Tiba-tiba Amel menduduki badanku, aku jadi kaget dibuatnya. Posisi dia sekarang duduk diatas kontolku. Untuk menutupi rasa canggung aku memejamkan mataku sambil sesekali membuka sedikit mataku. Batin dan pikiranku berkecamuk tak karuan. Aku berpikir apa yang akan kulakukan kalau sudah begini. Tangan lembut Amel mengusap-usap bagian dadaku kadang dia mencubit putingku yang membuat tubuhku menggelinjang kegelian.
Sekarang pikiranku dipenuhi oleh nafsu, kucoba untuk memegang kedua tangan Amel yang sedang memijit dadaku.
“Kenapa Ris?” tanya Amel tersenyum. Aku tak menjawabnya. Lalu kuciumi tangan lembut itu, kutarik yang otomatis tubuhnya jadi mendekat ke tubuhku.
Kita berdua saling bertatap mata, harum nafas Amel menerpa wajahku. Kuelus kedua pipinya dan perlahan bibirku mendekati bibirnya, kukecup lembut bibirnya. Amel pun membalas ciumanku, lidah kami saling perpaut. Ciuman kami makin lama makin liar, nafas kami sudah tak beraturan. Tanganku mulai merambah ke bagian bawah, ku elus pahanya tubuh Amel menggeliat. Tanpa aku suruh Amel langsung membuka kaos yang dia kenakan dan dengan tersenyum dia juga membuka BHnya.
Sekarang terlihat bukit kembar yang tak terlalu besar tapi kencang dengan puting berwarna seakan menantangku untuk kulumat. Dengan posisinya yang masih diatasku, aku segera menggapai toket itu, kumeremas dan kupilin putingnya. Aku pun lalu bangkit, kulumat putingnya secara bergantian. Amel menggeliat menikmatinya.
“Aaahhh..Aris enak sayang…” desahnya manja. Aku yang mendengar itu semakin bernafsu. Tubuh Amel kubaringkan lalu kulumat lagi putingnya. Setelah puas melumat putingnya kemudian lumatanku turun ke bagian bawah. Kujilat pusarnya dengan tanganku mengelus-elus gundukan daging diantara pahanya dari luar celana.
Dengan posisi masih menjilati pusar, tanganku mencoba membuka celana pendeknya, kuturunkan ke bawah. Amel membantuku menurunkan celana itu. Tinggalah CD yang masih melekat pada tubuhnya. Ciumanku berpindah ke memeknya yang masih tertutup CD. Amel mendesah. Kemudian aku membuka CD tersebut. Dengan lembut aku mulai menciumi bibir memeknya dengan bantuan kedua jariku kusibakkan bibir memeknya dan terlihatlah bagian dalam dari memeknya. Tercium aroma kewanitaan yang khas. Lalu kujulrkan lidahku ke bagian klitorisnya, kugesek-gesekan lidahku.
“Sssthhh…enak sekali…terus sayaaaang…aahhhh…” desahnya sambil kedua tanganya menjambak rambutku. Tak hanya itu, kadang aku juga menghisap klitorisnya. Yang membuat tubuh Amel menggeliat hebat. Tak lama kemudian tubuh Amel mengejang, kepalaku semakin ditekan ke dalam memeknya.
“Aaahhh..Amel aku keluaaaarrr….” jeritnya sambil mendongakkan wajahnya dan memejamkan matanya. Amel benar-benar meraskan kenikmatan yang tiada taranya. Sementara aku masih saja melumat memeknya yang merah merekah yang dibanjiri oleh sperma.
“Udaaah sayang, gentian ya?” ajaknya sambil menarik kepalaku keatas. Kemudian dilepaskannya celana panjang beserta CDku dan keluarlah batang kontolku yang pajang dan keras. Amel mulai menjilati kepala kontolku.
“Ooohh…Mel…” desahku merasakan nikmat. Lama kelamaan jilatannya semakin liar. Dimasukkannya batang kontolku ke dalam mulutnya, dia kocok-kocok dan dihisap lembut. Aku hanya bisa diam merasakan kenikmatan yang Amel ciptakan dari mulutnya.
“Sedot terus Mel…aaahhh….enak sekali sayang…”erangku merasakan nikmat. Karena mungkin aku tadi sudah menahan nafsu, akhirnya aku tidak kuat menahan sepongannya.
“Mel aku keluaaaarrrr..aaahhhh…” jeritku bareng dengan semburan spermaku yang tumpah semuanya ke mulut Amel. Terlihat Amel agak sedikit kaget karena banyakknay sperma yang kukeluarkan, tapi dia lalu menelan semua spermaku sampai habis.
Setelah cairanku habis ditelannya, kemudian Amel lepaskan batang kontolku dari mulutnya, dia tersenyum melihat kontolku yang masih tegak berdiri, walaupun sudah mengeluarkan laharnya. Dengan tersenyum menahan birahi, dia mendekati wajahku. lalu mencium bibirku. Dengan posisi masih di atas, tangannya kemudian memegang batang kontolku, lalu dibimbingnya agar masuk ke dalam lubang memeknya. Dengan sekali sentakan, kontolku masuk seluruhnya.
“Ooohhh….aaahhh….” Amel melengkuh nikmat sambil memejamkan matanya. Dia mengocok perlahan kontolku dengan memeknya, aku membantu dengan mengangkat pinggulku.
Gerakan Amel makin lama makin cepat, aku juga semakin keras menekan batang kontolku dari bawah. Sambil tanganku meremas kedua toketnya dan memilin kedua putingnya. Amel semakin liar saja dengan memejamkan kedua matanya.
“Aarrghhh sayang enak sekali..aaahhh….” desahnya sambil tubuhnya menggeliat. Melihat gerak tubuh Amel membuatku tak tahan lagi dan akhirnya,
“Ooohhh Mel, aku mau keluar lagi” kataku
“Tahan sebentar Ris aku juga mau keluar…kita keluar bareng yaaa…” balasnya sambil terbata-bata.
Tak berapa lama akhirnya kami berdua mencapai klimaks secara bersamaan. Kupeluk tubuh Amel dengan erat. Dengan tubuh lemas dan basah karena keringat kami berdua lalu berbaring di kasur.
“Makasih ya Mel…aku sayang kamu” kataku sembari mencium keningnya.
“Sama-sama Ris, aku juga sayang kamu” balas Amel.
Kemudian kami berciuman sesaat. Tak lama kemudian kami berdua terlelap. Aku tak lagi mempedulikan pekerjaanku yang masih menumpuk. Yang aku tahu aku merasa puas dan ingin menghabiskan malamku dengan Amel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar