Pada suatu saat,dimana aku duduk dibangku kelas 2 SMA, mamaku pergi beberapa hari mengunjungi nenek yang lagi sakit di kampung. Dalam hatiku aku merasa senang sekali karena aku bisa bebas di rumah, takkan ada yang memaksaku untuk belajar. Aku juga bisa main sesukaku. Kalau papaku orangnya selalu sibuk bekerja pulang ke rumah selalu malam.
Sepulang sekolah aku mengajak pacarku Ronal main ke rumahku. Aku sudah beberapa kali berhubungan badan dengannya, tapi selama berhubungan badan aku tak pernah merasakan nikmat, karena selalu dilakukan buru-buru sehingga aku tak pernah merasakan yang namanya orgasme sehingga aku penasaran gimana rasanya orgasme itu.
Singkat cerita, Aku dan Ronal sudah berada di ruang tengah, kami berdua merasa bebas. Waktu itu jam menunjukan pukul 17.00 sedangkan papaku pulang kerjanya jam 20.10 bahkan lebih. Cukuplah waktu untuk memuaskan nafsu kami. Aku dan Rino duduk di sofa kami berdua saling melumat penuh nafsu. Kurasakan hangat bibirnya. Kurangkulkan tanganku ke lehernya, ciuman kami semakin dalam. Lidah kami saling berpaut. Tangan Ronal mulai meremas toketku secara bergantian membuatku semakin bergairah.
Kumerasa vaginaku sudah mulai basah, begitu juga dengan penis Ronal yang sudah tegang dan mengeras ketika aku mencoba meraba dari luar celana sekolahnya. Tak mau membuang waktu lagi, kami berdua lantas melepas pakaian kami masing-masing hingga kami berdua telanjang bulat. Kulihat penis Ronal sudah siap untuk berperang.
Kami berdua lantas berpelukan kembali, tanganku mulai mengelus-elus penis Ronal yang ukurannya tak begitu besar tapi lumayan keras. Kuraba lembut kedua telurnya yang terbungkus kulit membuat sensasi tersendiri untukku. Kepala penisnya berwarna kemerah-merahan dengan ujung berlubang. Aku pun kemudian berjongkong, kujulurkan lidahku ke dalam lubang yang ada di kepala penisnya. Ronal mendesah dengan ekspresi wajah yang membuatku semakin bernafsu.
“Oooohhh…” desah Ronal sambil tangannya meremas lembut toketku. Kuhisap dan kujilati kepala penisnya sambil tanganku mempermainkan kedua telurnya. Kadang juga ku isap lembut kedua telur itu.
“Yuna sayang, kita pindah ke latai aja yuk, biar lebih leluasa” kata Ronal sambil mengelus rambutku.
Tanpa menunggu jawaban dariku, Ronal lalu mengangkat dan membopong tubuhku lalu dibaringkan di lantai berkarpet tebal dan bersih. Ronal naik ke atas tubuhku dengan posisi terbalik yaitu posisi 69. Dibukanya lebar kedua pahaku, kemudian dia menjilati setiap sudut vaginaku. Jilatannya panas dan ganas. Bukan itu saja, klitorisku pun tak luput dari jilatan dan hisapan. Ronal benar-benar membuatku melayang. Bahkan sesekali lidahnya dia masukkan ke dalam lubang vaginaku. Sementara aku juga sibuk menjilat dan menghisap batang penisnya. Aku merasa sudah tak kuat lagi menahan setiap jilatan yang Ronal lakukan.
Ronal sayang, ayo masukin sekarang aja yuuuk….” pintaku.
“Tunggu sebentar ya sayang…” jawabnya sambil terus menjilati klitorisku.
“Aku sudah gak tahan Ronal.. vaginaku sudah pengen dienjot sama batang penismu” kataku lagi.
Lalu Ronal berpindah posisi, digosok-gosokan kepala penisnya ke mulut vaginaku dan kemudian “Bleessss…” batang penis itu pun akhirnya masuk ke dalam vaginaku. Rasanya nikmat sekali. Di genjotkan batang penisnya maju mundur, aku pun mengimbangi dengan mengoyangkan pantatku. Kakiku kulingkarkan di pinganggnya. Tak lama kemudian Ronal menjerit dan berkata,
“Ooohhh…sayaaang aku keluaaaaaar…aaahhhh…” dicabutnya batang penisnya, air maninya berceceran di atas perutku.
“Sial, ternyata sama saja, aku belum sampai orgasme dia sudah memuntahkan spermanya duluan” gumamku dalam hati. “Tapi tak apalah nanti juga ada babak kedua” imbuhku dalam hati. Tapi dugaanku melesat, Ronal malah segera bangkit dan berpakaian kembali.
“Oh ya yank…maaf aku baru ingat kalau hari ini aku ada latihan voly, aku sudha telat nih…” katanya buru-buru. Aku sangat kecewa mendengar kata-kata itu terucap dari mulutnya.
“Sial kamu ya, dasar egois, emangnya aku lonthe yang Cuma meuasin kamu saja…” kata mengumpat pada Ronal.
Aku benar-benar kecewa dibuatnya dan berjanji tak akan mau lagi denganya. Karena kesal, aku pun membiarkan dia pergi. Aku berbaring kembali di sofa tanpa mempedulikan kepergiannya. Tapi kemudian aku mendengar ada suara langkah mendekat padaku,
“Ngapain si berengsek ini balik lagi” pikirku dalam hati dengan memasang gaya cuek. Tiba-tiba kumerasakan pundakku dicolek seseorang tapi aku masih saja cuek.
"Yuna"
Aduh, ini bukan suara Ronal melainkan suara papa. Bagai petir di siang bolong aku yang masih telanjang sangat terkejut.
“Papa…” kataku kaget. Aku sungguh malu, ketakutan dan cemas, rasanya hamper mati saja.

“Dasar anak kurang ajar, rupanya kamu sudah biasa bersetubuh dengan lelaki itu ya? Papa sudah lihat semuanya, biar nanti aku adukan pada mamamu” kata papa memarahiku.
Aku semakin takut mendengar perkataan itu, kupeluk lutut papaku dan berkata,
“Kumohon papa jangan bilang mama, papa boleh menghukumku apa saja asal jangan bilang sama mama” kataku menangis memohon
Tapi tiba-tiba papa mengangkat tubuhku ke sofa. Kulihat wajah nya berubah menjadi lembut dan berkata,
"Yuna,aku tadi melihat semua apa yang kamu lakukan, aku mengintip dari balik pintu, aku tahu kamu tadi tak mendapat kepuasan dari pacarmu, kalau kamu mau papa puasin rahasia kamu bakal aman”
Mendengar perkataan itu aku hanya terdiam
“Gimana Yuna?” tanyanya lagi.
“Benar papa tak akan memberitahu mama dengan apa yang kuperbuat?” tanyaku menyakinkan.
Papa hanya menjawab dengan anggukan, dan kemudian dia mulai menciumi putingku, digigitnya pelan. Sementara tangannya menggrayangi vaginaku yang masih basah. Papa pun lantas melepas pakaian yang dia kenakan termasuk CDnya. Betapa kagetnya aku ketika aku melihat batang penisnya yang jauh lebih besar dari punya pacarku. Entah berapa ukurannya yang jelas panjang, besar, hitam, berotot berbulu lebat dan mendongak keatas. Tubuhku langsung bergetar melihat batang penis itu yang sudah berdiri dengan gagahnya.
Dia menyuruhku duduk di sofa kemudian kedua pahaku dibuka lebar-lebar. Dia berlutut dihadapan vaginaku, lidahnya menjulur siap untuk menjilati vaginaku. Dan tiba-tiba lidah hangatnya sudah mengobok-obok isi dalam vaginaku. Rasanya sungguh nikmat. Jilatannya lebih lihai dan lebih lembut daripada Ronal.Klitorisku tak luput dari jilatan dan hisapannya.
“Ooohhh enak banget paah…terus paaahh…aahhhh…” desahku tanpa sadar, aku tak mempeduliakan apa yang aku ucapakan. Papa mengobok-obok vaginaku cukup lama. Dan tak berapa lama aku merasakan nikmat yang teramat dahsyat yang tak pernah aku rasakan sebelumnya.
Aku kembali bergairah menikmati batang penis yang sedang kumainkan dalam mulutku. Rasanya ingin sekali vaginaku disodok dengan penis papaku ini, tapi aku malu untuk memintanya. Setelah puas penisnya kumainkan kemudian dia duduk di sofa dan menyuruhku untuk naik diatasnya.
“Ayo Yuna,masukin langsung” pinta papa.
Kupegang batang penis itu dan kuarahkan ke lubang vaginaku. Awalnya agak susah untuk masuk karena terlalu besar penisnya, papa membantu dengan mengangkat pantatnya.
“Ssstthhh…sakiiitt….” erangku menahan sakit. Dengan sedikit menahan sakit akhirnya “Bleeessss….” Batang penis itu berhasil masuk ke dalam vaginaku.
Anehnya semakin masuk batang penisnya semakin nikmat. Liang vaginaku benar-benar terasa penuh. Sungguh nikmat luar biasa rasanya. Karena dikuasai nafsu, rasa maluku pun hilang entah kemana. Ekspresi papaku makin menambah nafsuku. Remasan tangan papaku di kedua toketku semakin menimbulkan rasa nikmat. Kugoyangkan pantatku dengan keras dan cepat.
Tiba-tiba, aku merasakan mau mencapai klimaks, tapi papaku berkata,
“Berhenti! kita ganti posisi. Kamu nungging dulu”
‘Mau apa ini?’ kataku dalam hati.
Tiba-tiba aku merasakan gesekan kepala penis di bibir vaginaku kemudian. ‘ Blessss….’ batang penis itu masuk ke liang vaginaku. Yang begini belum pernah aku rasakan. Ronal tak pernah memperlakukanku yang seperti ini, begitu juga dengan Wanda, laki-laki yang mengambil keperawananku. Tapi yang begini ini rasanya sungguh luar biasa nikmatnya. Hujaman-hujaman batang penis itu terasa menggesek seluruh lubang vaginaku, bahkan hantaman kepala penis itu pun terasa membentur dasar vaginaku, yang mebuatku merasa semakin nikmat. Kurasakan sodokkan batang penis papa makin keras dan cepat. Perasaan yang kudapat pun makin lama semakin lama semakin nikmat. Makin nikmat, makin nikmat, dan semakin nikmat. Tiba-tiba,
“Ooohhh.. ohh.. ohhh!” kenikmatan itu meledak. Aku mencapai klimaks yang kedua kalinya. Hentakan papa pun makin cepat saja, tiba-tiba aku mendengar erangan panjangnya. Seiring dengan itu di cabutnya batang penis papa dari liang vaginaku. Dengan gerakan cepat, papa sudah berada di hadapanku. Disodorkannya batang penisnya ke mulutku. Dengan cepat kutangkap, kukulum batang penis papa dan kumaju mundurkan mulutku dengan cepat. Tiba-tiba kurasakan semburan pejuh panas di dalam mulutku. Aku tak peduli. Terus kukulum dan kuhisap batang penis papa. Sebagian besar pejuh papa tertelan olehku, sebagian lagi kukeluarkan, lalu jatuh meleleh memenuhi daguku. Papa memelukku dan menciumku,
“Yun, kapan-kapan, kalau mama nggak ada, kita bercinta lagi ya” aku tak menjawab.
Sebagai jawaban, aku menggelayut dalam pelukan papaku. Yang pasti aku mau bercinta lagi dengan papaku. Bersama pacarku aku tak pernah merasakan klimaks. Bersama papa, sekali main klimaks 2 kali. Sapa yang mau nolak?
Setelah kejadian itu asal ada kesempatan, kami melakukannya lagi. Sementara mama masih sering marah, berusaha mengajarkan disiplin. Biasanya aku hanya diam saja, pura-pura patuh. Padahal suaminya, yang menjadi papaku itu, sering kusetubuhi dan kunikmati. Beginilah kisah pengalamanku dengan papaku yang pendiam, tetapi pintar di ranjang.
Situs Judi online Bandar Q,Poker,Domino QQ,Bandar Poker.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar